Sahabat
Terhebat
Mungkin bagi sebagian
besar remaja, masa sekolah yang paling indah, menyenangkan, dan penuh kenangan
adalah pada masa putih abu-abu. Yaitu masa dimana para remaja memasuki dunia
baru, dunia SMA yang akan menjadikannya senantiasa dewasa. Proses dimana akan
menjadi generasi muda yang bermutu dan siap menjadi pemimpin bangsa.
Jika
bagi sebagian besar merasakannya, sama hal nya dengan Anisa dan ke-3 sahabatnya
(Indah, Fifi,Kiki). Semuanya menjadi indah dengan persahabatan mereka.
Kebersamaan yang selalu mereka jalin menjadi lebih erat seiring dengan
bertumbuhnya waktu.
Pada mulanya, ke-4 remaja ini tak saling akrab.
Namun karena Anisa adalah anak yang pintar, teman-temannya selalu merapat agar
Anisa mau membantu mereka dalam kesulitan mempelajari materi yang disampaikan
bapak dan ibu guru. Hingga mereka semakin dekat, dan terbentuk kelompok belajar
dengan ke-4 sahabat itu yang menjadi anggotanya. Meski duduk mereka tidak
bersebelahan, namun kedekatan mereka membuat yang jauh semakin dekat, dan yang
dekat semakin lekat. Kedekatan mereka bukan hanya didalam kelas, namun juga
terlihat diluar kelas dalam segala macam suasana.
Saat bel istirahat pun berbunyi...
“Nis, ayok pergi kekantin,” ajak Indah yang saat itu
menghampiri bangku Anisa.
“Bentar ya.. Mau masukin buku dulu,” Jawab Anisa.
Lalu Fifi dan Kiki juga menghampiri bangku Anisa
untuk bersiap menuju kekantin.
“Eh, kalian mau beli apa? Rame banget nih kantinnya.
Desek-desekan, jadi males deh. Huft,” tanya indah kesal.
“Ya sudah, aku pengen beli bakpao cokelat aja deh,
tinggal ngambil aja dan gak ribet. Kalian mau beli apa?,” tanya kepada teman
yang lain.
“Aku pengen beli mie, tungguin ya.,” jawab Kiki
bersemangat.
“Oke deh,” Tanggap Fifi.
Setelah semua teman telah selesai membeli apa yang
mereka inginkan, seperti biasa mereka nongkrong dan bersenda gurau didepan
kelas. Sambil menunggu bel masuk berbunyi.
Kebersamaan yang mereka lalui setiap hari memang
begitu sangat dekat, pada semua kondisi, mereka tak terpisahkan.
Namun, meski mereka sahabat, tak jarang ada yang
bergabung dengan mereka hanya untuk berkumpul dan bergurau bersama. Dan juga
sering meminta bantuan Anisa dalam hal pelajaran disekolah.
Bahkan pada saat ulangan pun banyak teman yang
meminta Anisa untuk membantu mereka untuk memeberikan jawaban. Karena sudah
terbiasa, Anisa tak enggan untuk membantu teman-temannya. Karena bagi mereka,
membantu merupakan hal yang terpuji, terutama membantu dalam contek mencontek.
Hehe
Keunikan dari keempat sahabat ini, mereka sama-sama
menjomblo sampai saat ini. Mereka sama-sama takut untuk menjalin yang namanya
sebuah ikatan dengan laki-laki. Makanya mereka kerap kali sering berkumpul
bersama tanpa harus sibuk dengan urusan masing-masing alias sibuk dengan
pasangan masing-masing.
Namun pada suatu kesempatan, entah mengapa ada
seorang laki-laki yang tak Anisa kenal mengirim pesan singkat pada Anisa.
Setelah Anisa telusuri darimana laki-laki tersebut mendapatkan nomor handphone
nya, ternyata dia mendapatkannya dari teman sekelas Anisa yang bernama Hafizah.
Keesokan harinya dikelas, dia menanyakan
kebenarannya pada Hafizah.
“Fiz, aku mau tanya. Kamu yang ngasih nomorku ke
orang yang namanya Hamdan?,” Tanya Anisa penasaran.
“Iya benar, maaf ya aku ngasih nomor kamu tanpa
bilang-bilang dulu, hehe,” jawab Hafizah.
“Apa alasan kamu ngasih nomorku seperti itu?,” tanya
Anisa lagi.
“Gini, Hamdan bilang sama aku dia ingin ada teman
sms an. Sedangkan dikelas ini satu-satunya yang jomblo, baik dan kalem ya kamu.
Makanya aku kasih nomor kamu aja, siapa tau kalian bisa dekat.,” jelas Hafizah.
“Memang, laki-laki itu siapa kamu? Kenapa
keliatannya begitu dekat?,” Tanya Anisa.
“Dia mantan pacar aku nis, kenapa?
Dia orangnya baik kok. Dan ganteng juga. Kalau gak ganteng, kan gak mungkin aku
mau sama dia. Hehe,” jawab Hafizah.
Mendengar penjelasan Hafizah, Anisa merasa seperti
ada yang berbeda dari sosok laki-laki ini. Hamdan ini juga sering mengajak
Anisa untuk bertemu. Namun Anisa menolak, karena Anisa belum pernah bertemu
berdua dengan seorang laki-laki. Beribu alasan Anisa tuangkan untuk
menggagalkan niat Hamdan untuk menemui dirinya.
Saat di sekolah...
“Eh, kamu kata Hafizah terlihat dekat dengan Hamdan
ya?,” tanya Sasha pada Anisa.
“Emm, Cuma sms an aja kok.,” Jawab Anisa.
“Kamu udah pernah ketemu dengannya?”, Tanya Sasha lagi.
“Belum, aku aja mau diajak ketemuan sama dia, aku
selalu menolak kok.” Jawab Anisa.
“Lho kenapa?,” Sasha kembali bertanya.
“Aku sebelumnya belum pernah ketemuan sama
laki-laki. Aku Cuma takut aja,” Jawab Anisa malu-malu.
“Haduhh, kamu ini. Coba dong sekali-kali menemui
dia.,” Desak Sasha.
“Aku kan gak kenal sama orang itu. Aku Cuma gugup
aja.” Jawab Anisa.
“Kamu gak tau dia? Dia itu dulu kakak kelas kita,
dua tahun diatas kita. Kamu ini gimana sih?,” jawab Sasha geram.
“Ya kau kan gak tau, kamu tau sendiri kan kalau aku
kurang kenal dan kurang berbaur dengan semua yang ada disekolah ini,” Jelas
Anisa.
“Hmm iya, kamu beruntung bisa sms an dengan dia. Dia
itu dulu cinta pertamaku, tapi aku tak dapat memilikinya.” Jawab Sasha
menyesal.
“Emm, sabar yaa..,” Jawab Anisa sembari mengusap
bahu Sasha.
“Aku setuju kok kalau kamu sama dia, kamu orangnya
baik. Aku yakin dia akan bahagia sama kamu.,” Jawab Sasha yakin.
“Ahh kamu ini. Kita Cuma berteman saja kok,” Jawab
Anisa sambil tersenyum.
Entah mengapa yang dirasakan Anisa semakin hari,
Anisa semakin nyaman bisa dekat dengan Hamdan.
Namun setelah sekian lama dekat, Hamdan bukan
mengutarakan perasaannya buat Anisa, malah dia menanyakan seorang wanita yang
merupakan teman beda kelas dengan Anisa. Anisa mulai kesal, Hamdan saat ini dekat
dengannya, kenapa harus bertanya tentang wanita itu?
Tapi tak mengapa, Anisa tetap menaruh hati pada
Hamdan meski dia tak memperdulikan kehadirannya. Meski dia tak tau bagaimana
perawakan Hamdan, namun dia merasakan getaran itu, getaran jiwa yang menyatakan
bahwa Anisa menyukainya.
Mendengar kedekatan Anisa dengan Hamdan, sahabat
Anisa yakni Indah bertanya-tanya mengenai hubungan Anisa dan Hamdan.
Tak lama kemudian, Indah meminta nomor handphone
Hamdan pada Anisa. Mulanya, Anisa tak rela jika harus memberikan nomor Hamdan
pada sahabatnya itu. Namun, saat Indah mendesak, dan menyangka Anisa menyukai
Hamdan karena tak ingin memberikan nomor Hamdan padanya, akhirnya Anisa
memberikan nomor Hamdan karena tak ingin sahabatnya tahu bahwa dirinya menyukai
laki-laki itu.
Tak lama kemudian, tak terdengar kabar dari Hamdan
lagi. Hamdan tak lagi menghubunginya seperti waktu lalu. Anisa mulai putus asa
dengan cinta sepihaknya itu. Anisa berfikir, apakah Hamdan sibuk? Atau
benar-benar tak lagi ingin menghubunginya? Entahlah, beribu fikiran tertanam
dalam benak Anisa. Mengapa seperti itu? Hanya Hamdan lah yang faham betul
dengan alasan dan sikapnya tersebut.
Suatu ketika, Anisa menerima sms dari Indah
sahabatnya.
Indah mula-mula menanyakan kabar Anisa. Lalu dia
mulai menanyakan bagaimana hubungan Anisa dengan Hamdan. Anisa menjawab bahwa
Hamdan sudah lama tak menghubungi dirinya. Anisa merasa aneh dengan sahabatnya
itu, ada apa dia tiba-tiba membahas hal semacam ini?
Hingga Indah menanyakan kembali pada Anisa, apa dirinya
tak menyukai Hamdan?
Namun Anisa tetap menyangkal bahwa dia tak menyukai
Hamdan. Dia hanya takut saat sahabatnya mengetahui bahwa Anisa sedang menyukai
seseorang yang sama sekali belum pernah dia lihat. Cinta yang tengah Anisa
rasakan hanya cinta di awang-awang, cinta abstrak dan biner yang tak diketahui
kebenarannya.
Saat Anisa menjawab dirinya tak menyukai Hamdan,
Indah mulai bercerita.
Pada waktu Indah mendapatkan nomor Hamdan melalui
dirinya, dia sering kali menghubungi satu sama lain. Bahkan tak jarang, mereka
sering bertemu.
Hingga akhirnya Indah mengakui bahwa mereka (Indah
dan Hamdan) telah resmi pacaran. Mereka pacaran sudah dalam rentang seminggu
tanpa Anisa ketahui.
Meski orang yang pertama kali dekat dengan Hamdan
adalah dirinya, seharusnya Hamdan yang menjadi miliknya bukan sahabatnya Indah,
Anisa menerima nya dengan lapang dada dalam keadaan hati yang terluka. Anisa
merasa sahabatnya Indah telah menusuknya dari belakang, berpura-pura meminta
nomor Hamdan hanya untuk menyimpannya, padahal pada akhirnya dia merebut Hamdan
dari dirinya.
Keesokan harinya disekolah..
Banyak teman-teman dikelas yang memberi ucapan
selamat pada Indah atas menyatunya dia dengan Hamdan. Namun saat Anisa yang
mendengarnya, semakin memanas hatinya. Dia tidak dendam, dia menerima semuanya.
Namun Hafizah, menjadi kompor untuk membuat hati Anisa semakin panas. Nampaknya
Hafizah membenci Indah yang berhubungan dengan mantan kekasihnya itu.
“Nis, kamu ikhlas Hamdan sama Indah?,” Tanya
Hafizah.
“Kenapa memangnya? Aku ikhlas kok. Kan gak ada
hubungannya denganku,” Jawab Anisa.
“Tapi bukannya kamu yang lebih dulu yang dekat
dengan Hamdan? Kenapa malah Indah yang jadian dengannya?,” Kata Sasha yang
membuat suasana memanas.
Setelah mendengar pernyataan dari teman-temannya,
Anisa tak peduli. Anisa menganggap, dia tak ingin persahabatannya dengan Indah
menjadi renggang hanya karena pernyataan temannya.
Pada saat acara diluar sekolah, Indah bilang kalau
dia akan bertemu dengan Hamdan sebentar lagi. Anisa ingin menghindari pertemuan
itu. Tapi dia penasaran, ini kesempatan baginya untuk bertemu Hamdan secara
langsung. Mengetahui seperti apa sosok Hamdan yang selama ini dia kagumi. Meski
bukan dia yang akan ditemui Hamdan, setidaknya Anisa sudah mengetahui, seperti
apa Hamdan itu sebenarnya.
Kiki dan Fifi yang saat itu juga ikut dengan Anisa
dan Indah, juga ingin melihat seperti apa pasangan sahabatnya itu.
Saat Hamdan datang menghampiri Indah, Kiki dan Fifi
nampak berbisik.
“Oh ini orangnya, lumayan yaa..,” Kata Fifi.
Melihat Hamdan, Anisa semakin bersalah karena
memberikan nomor Hamdan pada Indah. Anisa merasa seperti mak comblang yang
menjembatani keduanya. Akibatnya hati Anisa yang menjadi korban akibat ulahnya
sendiri.
Sasha dan Hafizah mulai memanasi hati Anisa kembali.
“Tuh,, lihat sendiri. Udah menyesal kan sekarang?
Seharusnya kamu yang bersanding dengan Hamdan, bukan Indah,” Kata Hafizah.
“Iya, mereka bersenang-senang diatas penderitaanmu.
Lihat, mereka tampak bahagia sedangkan hatimu terluka. Apa mereka peduli? Gak
kan?,” Lata Sasha dengan nada menyindir.
Anisa hanya terdiam, sejenak mungkin kata
teman-temannya benar, tapi dia tak peduli. Sahabatnya harus bahagia dengan
pilihannya.
Pertemuan itu pun berlalu..
Namun pada keesokan harinya, Indah malah menghindar dari
Anisa. Setiap Anisa ingin berbicara dengannya, Indah tak peduli dan menjauh
darinya. Melihat semua itu, Anisa menjadi heran kenapa Indah bersikap seperti
itu.
Melihat kejadian itu, Hafizah menghampiri Anisa.
“Kenapa tuh dengan Indah,” tanya Hafizah.
“Aku juga gak tau Fiz, nampaknya dia sedang tak
ingin bicara denganku.,” Jawab Anisa.
“Bentar ya aku pengen ngomong sama dia,” Kata
Hafizah.
Sejenak Hafizah meninggalkan Anisa, lalu kembali
sesaat setelah dia selesai menemui Indah.
“Nis, aku udah tanya sama Indah kenapa dia bersikap
seperti itu sama kamu,” Kata Hafizah.
“Apa katanya?,” tanya Anisa.
“Gini, dia tuh kesal sama kamu karena kamu gak jujur
sama dia kalau kamu sebenarnya suka sama Hamdan,” Jawab Hafizah.
“Aku gak bermaksud seperti itu, aku bilang bahwa aku
tak menyukainya karena aku tau bahwa Indah menginginkannya,” Jawab Anisa.
“Kamu ini terlalu baik Nis, sampai-sampai kebaikanmu
menjadi bumerang bagi dirimu sendiri,” kata Hafizah.
“Sudahlah, biarkan dia sendiri dulu aja,” jawab
Anisa.
“ya sudah, jangan minta maaf sebelum dia minta maaf
terlebih dulu padamu,” pinta Hafizah.
“Iya Fiz, biarkan dia sadar dengan apa yang dia
perbuat,” kata Anisa.
Setelah kejadian ini, hubungan persahabatan Anisa
dan Indah menjadi pecah. Namun Fifi dan Kiki tetap bersama keduanya dan tak
berpihak pada siapapun. Karena bagi mereka, Indah dan Anisa tetaplah
sahabatnya. Namun, Saskia yang saat ini tengah dekat dengan Indah karena tak
ada yang berteman dengan Indah dikelas karena perlakuannya pada Anisa, Saskia
menghampiri Anisa.
“Nis, apa kamu gak mau baikan sama Indah? Kasian dia
gak punya teman.
Mungkin jika dia berteman denganmu lagi, dia akan
kembali punya banyak teman. Semua teman dikelas ini berpihak padamu. ,” tanya
Saskia.
“Dia kan yang gak menyapa aku duluan, kenapa aku
harus menyapanya terlebih dulu. Prinsipku, aku gak mau minta maaf terlebih
dulu. Aku mau dia yang minta maaf, karena aku sama sekali gak merasa punya
salah padanya.,” Jelas Anisa.
“Baiklah kalau itu keputusanmu, bagaimana kalian
bisa baikan kalau sama-sama tak ingin minta maaf seperti itu.” Jawab Saskia.
“Sudahlah, nanti kalau dia sadar dia akan minta maaf
dengan sendirinya,” jawab Anisa.
Dengan kejadian ini, keduanya sama-sama tak merasa
bersalah. Sama-sama tak ingin meminta maaf terlebih dahulu. Malah Hafizah
menganggap ini semua adalah salah Indah. Bukan salah Anisa. Karena Saskia
adalah musuh Hafizah dan malah berteman dengan Indah, membuat Hafizah juga ikut
membenci Indah. Entahlah, semuanya menjadi rumit dan tak terkendali dengan
sikap-sikap seperti itu.
Setelah berminggu-minggu Anisa dan Indah tak lagi
bersama, kini Saskia bilang pada Anisa melalui pesan teks bahwa Indah ingin
meminta maaf pada Anisa. Anisa tak keberatan.
Pada sore harinya, Indah mengirim sms permintaan
maaf pada Anisa. Isinya bahwa dia menyesal telah mendiami Anisa seperti itu.
Indah mengaku bahwa dirinya sudah putus dengan
Hamdan setelah tau bahwa Anisa menyukainya. Anisa tak menyangka bahwa
sahabatnya itu memilih jalan ini. Anisa berkata agar Indah tak perlu mutusin
Hamdan karena dirinya, Anisa menyuruh Indah untuk kembali dengan Hamdan. Anisa
ingin sahabatnya itu bahagia dengan pilihannya, orang yang dia cintai.
Namun Indah menolaknya, Indah memilih lebih baik tak
punya pacar jika harus kehilangan sahabat terbaiknya. Baginya, pacar bisa
dicari namun sahabat akan selalu setia menemani.
Bagi Anisa pun juga, kenapa harus bertengkar
gara-gara seorang cowok? Anisa juga tak
ingin persahabatannya sampai terputus gara-gara Hamdan. Laki-laki yang baru
dikenal mereka, sedangkan Anisa dan Indah telah lama berteman.
Kini, Anisa dan Indah tak peduli lagi dengan seorang
laki-laki yang akan menjadi perusak hubungan persahabatan mereka. Mulai kini,
mereka saling terbuka tentang semua laki-laki yang mereka sukai. Dan keempat
sahabat ini sampai saat ini tetaplah menjadi sahabat. Meski telah lulus, entah
itu kuliah ataupun kerja, keempat sahabat itu tetaplah meluangkan waktu mereka
selalu disetiap kesempatan. J
Semoga bagi sahabat dimanapun kalian berada,
tetaplah jaga persahabatan kalian. Ingatlah kebersamaan dalam meraih mimpi.
No comments:
Post a Comment