Pages

Powered by Blogger.

Monday, September 23, 2013

MY SHORT STORY (3)_ komedi romantik



Cintaku Kepentok Pentol
Di pagi yang cerah ini saatnya bersantai ria di taman depan kampus bersama teman-temanku yang rada – rada sedeng, tiba-tiba ada sesosok makhluk yang luar biasa cool banget lewat depan kita. ‘ehem lebay dikit gak papa lah’. Ku menatap dia dengan penuh kekaguman dan membayangkan kalau seandainya dia jadi milikku. Oohhh....  Disaat sedang asyik lamunanku tertuju padanya, tiba-tiba.
“Heh, Rin.. ilermu tuh!!”, Rika membangunkan aku dari lamunanku.
“(Menyedot kembali air ludahku) Hemb, apa ya??”, jawabku.
“Kamu kenapa sih? Untung aja lalatnya nggak jadi masuk kedalam mulutmu.”, sahut temanku Tika.
“Hehe, biasalah. Lagi mengagumi makhluk Tuhan yang luar biasa cakepnya”, jawabku.
“Haduuhhh... nggak usah ngimpi deh. Muka pas - pasan kayak badut aja blagu pengen dapet cowok ganteng”, omongan Risma memperjelas aibku. Hiks
“Udah, udah.. kalau kalian iri dengan kecantikan ibu peri seperti saya ini, bilang aja deh. Ntar kalian dapat ramuan gratis dari saya. Hahaha”, tawaku terbahak – bahak.
“Heeppp (Rika membungkam mulutku).
Kamu itu lho, gilanya dari dulu nggak sembuh- sembuh. Pliss yaa... ntar kita ceburin juga kamu kedalam kolam deket perpus yang nggak pernah dikuras selama bertahun – tahun.”, sahut Rika.
“(Membayangkan) Wahh, ntar bisa – bisa aku jamuran lagi. Ihhh”, jawabku.
“Daripada membayangkan yang nggak pasti, ayo kita ke kantin aja gimana? Kita kan masuk kelasnya masih lama”, ajak Tika sambil tersenyum lebar sampai telinga.
“Cuusss cinnnn...... Goooo!!”, jawab aku dan Rika serentak bagaikan paduan suara yang cettar membahana.
            Maklum lah jika kita bertiga selalu gila – gilaan seperti ini. Namanya juga makhluk langka diseluruh pelosok negeri. Hahaha
Oh ya, namaku Rina Sanjaya, Biasa dipanggil Rina. Temanku barusan, Rika dan Tika. Hemb, tapi jangan tanya siapa cowok tadi yaa... karena akupun tak tahu. Maklum, aku paling nggak bisaan liat cowok yang cool abies gitu. Cuma, masalahnya, setiap cowok yang aku deketin pasti semuanya kabur. Kenapa coba? Aku salah apa coba? Kurang apa? Kurang ajar udah, uppss. Masak iya aku kurang cantik? Padahal lho, kata ayah dan ibuku aku cantik kayak ratu sejagat. Tapi, ada yang nggak mengenakkan juga sih. Masak cuma mimpi katanya. Humb jahatnya.
Mungkin karena dulu ayah dan ibuku nggak baca bismillah nih buat akunya. Hehe
Kali ini aku harus berhasil mendapatkan cowok yang aku mau. Dia cowok yang ke 99 dalam catatan target menjadi pendampingku. Semangat!! Meskipun kadang cowok yang jelek sekalipun tak bersedia menjadi kekasihku, nasib emang.
***
Tibalah dikantin..
Disini emang sarangnya tempat teman – teman memadu asmara. Ciele, bahasanya.
Yang bikin sedihnya, Rika dan Tika malah disamperin pacarnya. Sedangkan aku, duduk termenung sendiri bagaikan anak kucing kehilangan induknya.
Diujung sana, Rika mendapatkan sekuntum bunga mawar merah dari pacarnya. Dipojok sana, Tika mendapatkan sebungkus cokelat dari kekasihnya. Lah, aku?? Dapat lalat yang selalu menemani kesendirianku.
Akhirnya kita memesan makanan, ditambah Rika dan Tika ditemani sang pujaan hati. Hadeh, apes bener. Jadi obat nyamuk diantara 2 pasang sejoli ini.
Biar siang- siang gini mantap, aku memesan bakso aja deh agar ada teman – teman yang pada ngibuli aku yang saat ini lagi jomblo, tak timpuk pakai pentolan bakso bulat yang gede. Sak mangkok – mangkoknya kalau perlu, biar maknyuss.
Seperti biasa, kuah baksonya dulu yang aku makan. Biar kerasa kembung duluan, kan enak nggak usah nambah bakso lagi. Hemat uang jajan. Hahaha
Tapi koq tumben yaa, bakso ini keras banget seperti bola pingpong? Waduh, asyik nih kalau dijedotin kedahi para pacar temanku ini. Ssttt, jangan bilang- bilang ya pemirsa. Haha
Pada saat mau ngebelah tuh bakso, ehh sendoknya kepleset. Daannnn, baksonya terlempar. Plaakkk, bakso itu memantul ke kepala seseorang yang sedang makan dimeja sebelah kita saat itu. Aku kaget dengan mulut menganga. Hemm, malah mulutku disumpel pakai bakso oleh temanku. Tuh kan, jadinya batuukk....
“Apaan sih Rin nganga gitu? Muka jelek, jadi tambah jelek tauu.”, kata Rika.
“It it itu lho..”, Sahutku.
“Ngomong tuh yang jelas napa. Kenapa? (Rika belum sempat menyelesaikan pembicaraannya, aku pergi menuju orang yang kesakitan itu)
“Kamu nggak papa kan? Maaf ya, aku nggak sengaja. Habisnya baksonya. . . (Aku kaget saat dia noleh depanku, ternyata dia cowok yang aku incar itu)
“Hellooww.. (Sambil melambaikan tangan depan mukaku)
Kamu koq bengong?”, kata cowok itu.
“Eh, iya (mengedipkan mata).. maaf ya, aku benar – benar nggak sengaja dan nggak ada maksud buat bikin kamu kesakitan”, tanggapku.
“Iya, nggak apa – apa koq. Lagi pula, saya nggak mungkin marah lah sama cewek secantik kamu.
Ihh, gombal dan bo’ong banget ya. Nggak bisa ngebedain mana yang cantik dan nggak. Apa dia lagi ngantuk ya? Wah, bahaya ini. Tapi, nggak apa – apa lah. Baru kali ini aku dibilang cantik sama cowok cakep. Ceilee.. senangnya. Eh, stop stop. Kembali ke duduk permasalahan.
“Hehe, makasi (Sambil nyengir). Tapi kamu nggak kesakitan kan? Aku jadi merasa g enak. Sini coba q liat dahinya (melihat dahi cowok itu)
“Duh, kamu terlalu berlebihan deh. Padahal aku kan nggak apa-apa.”, respon cowok itu.
“Iya, aku kan cuma takutnya kamu kenapa napa. Oh ya, nama kamu siapa? (sok kepo)”, sahutku.
“Oh iya, kenalin nama aku Dani (sambil menjulurkan tangannya)”,berkata dengan wajah yang berseri – seri.
“(berjabat tangan) Emm, aku Rina.”, jawabku dengan mata berkaca- kaca.
Tak sempat aku melepaskan jabat tangan itu, tiba – tiba temanku Rika dan Tika berada didekatku dan mengagetkan lamunanku. Secara spontan jabat tangan itu terlepas mendengar sambaran omongan Rika.
“Ehem, udah dong jabat – jabatan tangannya. Lengket bener kayaknya tuh tangan”, Ringkas Rika.
“Apa sih Rik, niatku cuma buat memastikan aja apa mas ini baik – baik aja apa nggak”, jawabku.
“Oh ya? Yakin? Nggak ada niat lain misalnya? Ngaku hayo?”, ejek Tika.
“Apa sih kalian ini. Nggak koq.
Oh ya, kenalkan ini namanya Dani”, sahutku mengalihkan pembicaraan.
Teman-temanku dan Dani pun berkenalan.
“Oh ya, kita ada kelas sebentar lagi. Kita masuk dulu ya”, tanggap Rika sembari menarik tanganku menuju arah kelas kita. Nyebelin deh, lagi asyik-asyik ngobrol sama pujaan hati, malah keganggu sama makhluk luar angkasa yang dua ini.
“Kamu anak jurusan apa?”, teriaknya saatku beralalu.
“Anak arsitektur”, jawabku teriak pula.
***
            Dikelas, bukannya aku dengerin dosen nerangkan, malah asyik memikirkan ketampanan Dani. Aseekk.
“Heh Rina!!”, suara dosenku menyadarkanku dari lamunan tentangnya.
“Iya pak.”, jawabku.
“Kamu itu niat kuliah nggak sih? Bengong aja kerjaannya.
Sini kamu, kerjakan soal ini”, jawab dosenku yang emang terkenal killer.
Mati kau, aku nggak dengerin dari tadi apa yang dosenku katakan. Tamat sudah riwayatku kalau begini.
“(Garuk-garuk kepala, kaki, tangan),” ekspresi ketidak tahuanku.
“Kamu kenapa? Panuan? Kudisan?”, tanya dosenku.
“Hehe, bukan pak. Saya tidak tau cara menjawabnya”, jawabku tersenyum lebar.
“Huuuuu...”, sorak teman-temanku.
“Diam Diam!! Rina, karena kamu tidak mendengarkan bapak nerangkan dari tadi dan tidak bisa mengerjakan soal didepan, bapak hukum kamu. Pergi ketengah lapangan dan berdiri disana sampai mata kuliah ini usai”, kata dosenku geram.
“Haduh, sial banget deh aku hari ini. Masak cuma masalah sepele kayak gini dibesar-besarin?”, Menggerutuku dalam hati.
***
Dilapangan, udah mataharinya terik banget, haus, nyampur jadi satu. Sial, bisa- bisanya aku dihukum kayak gini. Huft, nyebelin deh.
Seketika, tubuhku terasa ada yang melindungi dari teriknya matahari kala itu. Aku menoleh kearah sampingku, ternyata. . . kalian tau siapa? Yups, itu Dani yang melindungi aku dari panasnya siang dengan jaketnya yang ia jadikan payung untuk menutupi kepalaku. So sweet banget deh orang ini, padahal baru kenal juga.
“Kamu ngapain disini?”, tanyaku penasaran.
“Nggak ada, kebetulan aku ngeliat kamu lagi dihukum disini, makanya aku samperin buat ngelindungi kamu”, jawab Dani.
Ya ampuunn, cowok cool kayak dia benar-benar buat aku tergila-gila.Tapi, harga diriku turun drastis saat dia tau aku dihukum oleh dosenku. Hiks, menyedihkan sekali.
“Helloo, kamu nggak apa-apa kan?”, tanya dia yang melihat aku saat itu yang sedang melamun.
“Aku nggak apa-apa koq. Makasi ya udah mau bantu aku mengurangi panasnya siang ini yang membakar kulitku”, jawabku berterimakasih.
“Ahh, nggak usah sungkan begitu. G masalah bagiku”, jawabnya.
Duh, jantungku berdegup kencang ini, kalau katanya Dewa 19 sih, seperti genderang mau perang. Dani tambah buat aku klepek-klepek deh. Ya Tuhan, dia cowok idamanku banget. Seperti superhero disiang bolong,
Tanpa terasa, mata kuliah dosen killer itu telah usai. Kurang lama padahal. Baru kali ini aku seneng dihukum. Hoho maklumlah ditemani Dani sih, jadi seberat apapun hukuman yang aku terima jika ada dia semua akan terasa menyenangkan. Jadi kepengen sering- sering dihukum nih kalau gini caranya.
“Ayo ketempat yang teduh, kamu pasti capek.”, ajaknya sambil merangkulku.
Duduk dibawah pohon yang rindang, sangat segar sekali. Hawa angin yang ringan membelai lembut seluruh tubuh ini. Ditambah lagi ada dia disampingku, siang ini jadi tambah istimewa. Ya Allah, mimpi apa ya aku semalam bisa deket banget sama cowok setampan dan sebaik dia? Duh, jadi malu deh aku ini.
Pulang kuliah pun usai. Saat aku bangun dari tempat duduk yang kita tempati, nggak sengaja aku menginjak kulit pisang dan hampir terjatuh. Untung ada dia yang menangkapku agar aku nggak terjatuh. Saat terbuai dalam pelukannya, tiba-tiba aku kepengen kentut. Duh, kebiasaan burukku ini kambuh pada saat moment seperti ini lagi. Tahan tahan tahan, duhh berapa lama lagi aku harus ngempet nih gas. Udah nggak kuat sampai-sampai aku harus mengembungkan pipiku dan wajahku terlihat memerah.
“Kamu kenapa?”, tanya dia sambil melepaskan rangkulan tangannya.
“Hemb, nggak papa koq. Bentar ya, aku kebalik pohon dulu”, jawabku singkat sambil lari kebelakang pohon.
Nah, akhirnya kali ini aku bisa kentut dibelakang pohon. Biar dia nggak tau dan nggak malu-maluin juga kalau aku jorok kayak gini. Ahhh, lega rasanya. Saatnya kembali lagi kehadapannya.
“Kamu ngapain dibalik pohon? Pipis ya?”, tanya Dani bingung.
“Nggak koq, Cuma lagi liat-liat semut lewat aja.”, jawabku salang tingkah.
Haha, terserah dia mau anggap aku aneh. Daripada dia harus tau kenyataan yang sebenarnya. Nggak banget kan??
‘Ayo, aku antar kamu pulang.”, ajak Dani.
Tentu saja aku nggak mau melewatkan kesempatan berharga ini. Mumpung teman-temanku yang aneh itu lagi nggak bersamaku, apa salahnya menerima ajakannya.
***
            Semenjak kejadian dikantin itu, aku semakin dekat dengan Dani. Seneng banget deh bisa kenal dengan cowok idamanku. Ternyata benar, ada hikmah dibalik musibah. Dan itu sudah terbukti terjadi kepadaku.
Hampir tiap hari aku diantar dan dijemput olehnya.
“Aduh, yang makin hari makin lengket?”, ejek Rika temanku.
“Iya, udah kayak surat sama perangko aja. Nggak mau lepas.”, tambah Tika.
“Kalian ini lho, apaan? Kita loh cuek”, jawabku sambil menjulurkan lidah dan meninggalkan mereka.
“Teman-temanmu koq ditinggalin?”, tanya Dani.
“Ah, biarin aja. Sebel deh, aku diejek mulu. Kayak yang nggak lengket aja mereka itu sama pacarnya. Mentang-mentang aku masih jomblo gitu? Seenaknya men- Judge aku. Hemm”, jawabku sedih.
“Sudah sudah, nggak bakalan lama lagi kamu pasti punya pacar”, sahut Dani.
Wah, mendengar kata-kata Dani aku jadi berseri-seri kembali. Hadirnya mampu tenangkan aku, membuat hidupku jauh lebih berwarna. Aku melamun mendengar ucapan Dani yang dia katakan kepadaku. Aku penasaran apa yang ada dibenaknya. Lalu akupun bertanya apa maksudnya.
“Maksudmu apa?”, tanyaku seperti orang bodoh.
Dani memegang pipiku, aku berfikir dia akan mencium atau ngapain gitu. Ehh, ternyata ada kotoran diwajahku. Dani mengusapnya, jadi malu nggak bisa merawat diri.
Tanpa aku sadari, Dani memegang tanganku dan menatap mataku dalam-dalam. Rasa gugup dan jantung berdebar-debar  merasuk dalam tubuhku waktu itu. Ingin rasanya aku terbang keangkasa bersamanya waktu itu. Dan kalian tahu apa yang terjadi? Aku kira dia mau ngomong sesuatu. Malah dia ngejekin aku karena tanganku blepotan kena sambal.
“Kamu ini, ceroboh sekali. Lihat ini tanganmu, kotor kan? Sana kekamar mandi dulu buat bersihinnya. Aku tunggu didepan.
Yah, lagi-lagi harapanku pun musnah. Akupun kekamar mandi. Efek dipegang tangan dan dia menatapku, jadi pengen BAB jadinya. Haha, maklum deg-degan. Belum pernah dipegang cowok sebelumnya. Jadi, rasa mules, kebelet dan pengen kentut itu sudah wajar aku alami.
Keluar dari toilet, rasanya lega pokoknya. Aku kembali menghampiri Dani yang sudah, yaaa sekian lama menungguku.
“Heii...”, gertakku dari belakang.
Dia yang saat itu kaget, helm yang tadinya dia pegang terlempar keata. Daaann, kreekk.. nyangkut diatas pohon.
“Aduh, maaf yaa.. aku nggak tau kalau kamu bakalan kaget begitu”, kataku merasa bersalah.
“Iya nggak papa. Masalahnya, gimana cara ngambil helmnya. Aku nggak bisa manjat,”jawabna.
“Yahh, gimana dong? Coba aku goyang-goyangin tuh pohon dulu,”tanggapku.
Aku berusaha mengguncang tuh pohon agar helm yang nyangkut didahan itu bisa terjatuh.
“Siap-siap ya, helm nya kayaknya udah mau jatuh tuh. Tangkap!!,”Teriakku.
Dia yang saat itu sudah siap-siap mau menangkap helm yang akan terjatuh, terlihat sangat lucu dengan ekspresi wajahnya yang menghadap keatas kayak orang bego sambil mangap dengan tangan terbuka. Lucu abiiss...
ProOok.. helm jatuh. Yess, tapi sayangnya dia tidak tepat sasaran. Malah kepalanya yang kena sasaran. Duh, kasian ketiban helm. Ketiban duren masih untung, lah ini beda lagi ceritanya.
Aku mencoba mengusap kepalanya yang saat itu sedang kesakitan. Kasian sekali. Aku merasa bersalah, gara-gara aku dia jadi seperti ini.
Aku yang miris sedih mengusap kepala hingga dahinya, kembali lagi dia memegang tangan ini. Duh, jadi tambah mules deh kalau dipegang gini. Pengen BAB lagi. masyaAllah, cobaanmu emang teramat berat ya Allah.. J
Kali ini dia mengucapkan hal yang tak pernah terpikr sebelumnya olehku. Dia mengatakan suatu hal yang membuat hatiku bahagia berbunga-bunga.
“Rin,,”, panggilnya dengan tatapan yang dalam.
“Iyaa..”, jawabku dengan mata berkaca-kaca.
“Kamu tahu, aku bahagia deh bisa beberapa hari ini bareng kamu. Mulai pertama kita dipertemukan, kita kenalan, hingga jalan bareng. Apa kamu tidak merasakan sesuatu?”, tanyanya.
“Maksudnya? Aku kurang mengerti dengan apa yang kamu katakan.”, jawabku.
“Iya, nggak tau kenapa.....
“Eeegghhh.... (Omongannya terpotong saat aku sendawa didepannya)
Eh, maaf.. lanjutkan. Apa katamu?”, jawabku malu.
“Begini, langsung aja yaa.. nggak tau kenapa, aku nyaman banget dekat kamu, disampingmu, jalan bareng kamu. Kamu nggak merasakannya?”, tanya Dani.
“Emm, sebenarnya apa yang kamu rasakan juga sama seperti yang aku rasakan. Bahkan aku bahagia bisa jalan bareng kamu setiap saat.”, jawabku.
“Benarkah? (Wajahnya diliputi senyum keindahan) berarti, kita sama.
Ehmm, kamu mau tidak jadi pacarku? (berlutut dihadapanku)”, pinta Dani.
“(kaget) aa aakk aakkuuu..
Aku nggak bisa Dan.” Jawabku.
“Kenapa?”, tanya Dani sedih.
“Aku nggak bisa nolak kamu maksudnya”, jawabku tersenyum.
“Kamu ini bisa saja. Makasi ya sudah mau menjadi seorang yang spesial dihati ini dan bersedia menemani hari-hariku (mencium tanganku),” jawab Dani.
“Iya, aku juga bahagia bersamamu”, jawabku.
Dani memelukku erat seakan bahasa tubuhnya mengisyaratkan bahwa dia sayang dan takut kehilanganku. Begitupun dengan aku yang senantiasa selalu ingin disisinya. I love Dani.
Semenjak saat itu, banyak waktu yang kita lalui bersama. Bercanda, bergembira. Susah senang selalu kita lalui bersama. Bahkan hal konyol pun menjadi hobi kita sehari-hari.

No comments:

Post a Comment

 

Blogger news

Blogroll

About