Pages

Powered by Blogger.

Thursday, August 21, 2014

My Short Story (5)

Sahabat Terhebat

Mungkin bagi sebagian besar remaja, masa sekolah yang paling indah, menyenangkan, dan penuh kenangan adalah pada masa putih abu-abu. Yaitu masa dimana para remaja memasuki dunia baru, dunia SMA yang akan menjadikannya senantiasa dewasa. Proses dimana akan menjadi generasi muda yang bermutu dan siap menjadi pemimpin bangsa.

            Jika bagi sebagian besar merasakannya, sama hal nya dengan Anisa dan ke-3 sahabatnya (Indah, Fifi,Kiki). Semuanya menjadi indah dengan persahabatan mereka. Kebersamaan yang selalu mereka jalin menjadi lebih erat seiring dengan bertumbuhnya waktu.
Pada mulanya, ke-4 remaja ini tak saling akrab. Namun karena Anisa adalah anak yang pintar, teman-temannya selalu merapat agar Anisa mau membantu mereka dalam kesulitan mempelajari materi yang disampaikan bapak dan ibu guru. Hingga mereka semakin dekat, dan terbentuk kelompok belajar dengan ke-4 sahabat itu yang menjadi anggotanya. Meski duduk mereka tidak bersebelahan, namun kedekatan mereka membuat yang jauh semakin dekat, dan yang dekat semakin lekat. Kedekatan mereka bukan hanya didalam kelas, namun juga terlihat diluar kelas dalam segala macam suasana.

Saat bel istirahat pun berbunyi...

“Nis, ayok pergi kekantin,” ajak Indah yang saat itu menghampiri bangku Anisa.
“Bentar ya.. Mau masukin buku dulu,” Jawab Anisa.
Lalu Fifi dan Kiki juga menghampiri bangku Anisa untuk bersiap menuju kekantin.
“Eh, kalian mau beli apa? Rame banget nih kantinnya. Desek-desekan, jadi males deh. Huft,” tanya indah kesal.
“Ya sudah, aku pengen beli bakpao cokelat aja deh, tinggal ngambil aja dan gak ribet. Kalian mau beli apa?,” tanya kepada teman yang lain.
“Aku pengen beli mie, tungguin ya.,” jawab Kiki bersemangat.
“Oke deh,” Tanggap Fifi.

Setelah semua teman telah selesai membeli apa yang mereka inginkan, seperti biasa mereka nongkrong dan bersenda gurau didepan kelas. Sambil menunggu bel masuk berbunyi.
Kebersamaan yang mereka lalui setiap hari memang begitu sangat dekat, pada semua kondisi, mereka tak terpisahkan.

Namun, meski mereka sahabat, tak jarang ada yang bergabung dengan mereka hanya untuk berkumpul dan bergurau bersama. Dan juga sering meminta bantuan Anisa dalam hal pelajaran disekolah.
Bahkan pada saat ulangan pun banyak teman yang meminta Anisa untuk membantu mereka untuk memeberikan jawaban. Karena sudah terbiasa, Anisa tak enggan untuk membantu teman-temannya. Karena bagi mereka, membantu merupakan hal yang terpuji, terutama membantu dalam contek mencontek. Hehe
Keunikan dari keempat sahabat ini, mereka sama-sama menjomblo sampai saat ini. Mereka sama-sama takut untuk menjalin yang namanya sebuah ikatan dengan laki-laki. Makanya mereka kerap kali sering berkumpul bersama tanpa harus sibuk dengan urusan masing-masing alias sibuk dengan pasangan masing-masing.

Namun pada suatu kesempatan, entah mengapa ada seorang laki-laki yang tak Anisa kenal mengirim pesan singkat pada Anisa. Setelah Anisa telusuri darimana laki-laki tersebut mendapatkan nomor handphone nya, ternyata dia mendapatkannya dari teman sekelas Anisa yang bernama Hafizah.

Keesokan harinya dikelas, dia menanyakan kebenarannya pada Hafizah.
“Fiz, aku mau tanya. Kamu yang ngasih nomorku ke orang yang namanya Hamdan?,” Tanya Anisa penasaran.
“Iya benar, maaf ya aku ngasih nomor kamu tanpa bilang-bilang dulu, hehe,” jawab Hafizah.
“Apa alasan kamu ngasih nomorku seperti itu?,” tanya Anisa lagi.
“Gini, Hamdan bilang sama aku dia ingin ada teman sms an. Sedangkan dikelas ini satu-satunya yang jomblo, baik dan kalem ya kamu. Makanya aku kasih nomor kamu aja, siapa tau kalian bisa dekat.,” jelas Hafizah.
“Memang, laki-laki itu siapa kamu? Kenapa keliatannya begitu dekat?,” Tanya Anisa.

“Dia mantan pacar aku nis, kenapa?
Dia orangnya baik kok. Dan ganteng juga. Kalau gak ganteng, kan gak mungkin aku mau sama dia. Hehe,” jawab Hafizah.
Mendengar penjelasan Hafizah, Anisa merasa seperti ada yang berbeda dari sosok laki-laki ini. Hamdan ini juga sering mengajak Anisa untuk bertemu. Namun Anisa menolak, karena Anisa belum pernah bertemu berdua dengan seorang laki-laki. Beribu alasan Anisa tuangkan untuk menggagalkan niat Hamdan untuk menemui dirinya.

Saat di sekolah...
“Eh, kamu kata Hafizah terlihat dekat dengan Hamdan ya?,” tanya Sasha pada Anisa.
“Emm, Cuma sms an aja kok.,” Jawab Anisa.
“Kamu udah pernah ketemu dengannya?”, Tanya Sasha lagi.
“Belum, aku aja mau diajak ketemuan sama dia, aku selalu menolak kok.” Jawab Anisa.
“Lho kenapa?,” Sasha kembali bertanya.
“Aku sebelumnya belum pernah ketemuan sama laki-laki. Aku Cuma takut aja,” Jawab Anisa malu-malu.
“Haduhh, kamu ini. Coba dong sekali-kali menemui dia.,” Desak Sasha.
“Aku kan gak kenal sama orang itu. Aku Cuma gugup aja.” Jawab Anisa.
“Kamu gak tau dia? Dia itu dulu kakak kelas kita, dua tahun diatas kita. Kamu ini gimana sih?,” jawab Sasha geram.
“Ya kau kan gak tau, kamu tau sendiri kan kalau aku kurang kenal dan kurang berbaur dengan semua yang ada disekolah ini,” Jelas Anisa.
“Hmm iya, kamu beruntung bisa sms an dengan dia. Dia itu dulu cinta pertamaku, tapi aku tak dapat memilikinya.” Jawab Sasha menyesal.
“Emm, sabar yaa..,” Jawab Anisa sembari mengusap bahu Sasha.
“Aku setuju kok kalau kamu sama dia, kamu orangnya baik. Aku yakin dia akan bahagia sama kamu.,” Jawab Sasha yakin.
“Ahh kamu ini. Kita Cuma berteman saja kok,” Jawab Anisa sambil tersenyum.

        Entah mengapa yang dirasakan Anisa semakin hari, Anisa semakin nyaman bisa dekat dengan Hamdan.
Namun setelah sekian lama dekat, Hamdan bukan mengutarakan perasaannya buat Anisa, malah dia menanyakan seorang wanita yang merupakan teman beda kelas dengan Anisa. Anisa mulai kesal, Hamdan saat ini dekat dengannya, kenapa harus bertanya tentang wanita itu?
Tapi tak mengapa, Anisa tetap menaruh hati pada Hamdan meski dia tak memperdulikan kehadirannya. Meski dia tak tau bagaimana perawakan Hamdan, namun dia merasakan getaran itu, getaran jiwa yang menyatakan bahwa Anisa menyukainya.
Mendengar kedekatan Anisa dengan Hamdan, sahabat Anisa yakni Indah bertanya-tanya mengenai hubungan Anisa dan Hamdan.

      Tak lama kemudian, Indah meminta nomor handphone Hamdan pada Anisa. Mulanya, Anisa tak rela jika harus memberikan nomor Hamdan pada sahabatnya itu. Namun, saat Indah mendesak, dan menyangka Anisa menyukai Hamdan karena tak ingin memberikan nomor Hamdan padanya, akhirnya Anisa memberikan nomor Hamdan karena tak ingin sahabatnya tahu bahwa dirinya menyukai laki-laki itu.
Tak lama kemudian, tak terdengar kabar dari Hamdan lagi. Hamdan tak lagi menghubunginya seperti waktu lalu. Anisa mulai putus asa dengan cinta sepihaknya itu. Anisa berfikir, apakah Hamdan sibuk? Atau benar-benar tak lagi ingin menghubunginya? Entahlah, beribu fikiran tertanam dalam benak Anisa. Mengapa seperti itu? Hanya Hamdan lah yang faham betul dengan alasan dan sikapnya tersebut.
Suatu ketika, Anisa menerima sms dari Indah sahabatnya.

     Indah mula-mula menanyakan kabar Anisa. Lalu dia mulai menanyakan bagaimana hubungan Anisa dengan Hamdan. Anisa menjawab bahwa Hamdan sudah lama tak menghubungi dirinya. Anisa merasa aneh dengan sahabatnya itu, ada apa dia tiba-tiba membahas hal semacam ini?
Hingga Indah menanyakan kembali pada Anisa, apa dirinya tak menyukai Hamdan?
Namun Anisa tetap menyangkal bahwa dia tak menyukai Hamdan. Dia hanya takut saat sahabatnya mengetahui bahwa Anisa sedang menyukai seseorang yang sama sekali belum pernah dia lihat. Cinta yang tengah Anisa rasakan hanya cinta di awang-awang, cinta abstrak dan biner yang tak diketahui kebenarannya.
Saat Anisa menjawab dirinya tak menyukai Hamdan, Indah mulai bercerita.
Pada waktu Indah mendapatkan nomor Hamdan melalui dirinya, dia sering kali menghubungi satu sama lain. Bahkan tak jarang, mereka sering bertemu.

      Hingga akhirnya Indah mengakui bahwa mereka (Indah dan Hamdan) telah resmi pacaran. Mereka pacaran sudah dalam rentang seminggu tanpa Anisa ketahui.
Meski orang yang pertama kali dekat dengan Hamdan adalah dirinya, seharusnya Hamdan yang menjadi miliknya bukan sahabatnya Indah, Anisa menerima nya dengan lapang dada dalam keadaan hati yang terluka. Anisa merasa sahabatnya Indah telah menusuknya dari belakang, berpura-pura meminta nomor Hamdan hanya untuk menyimpannya, padahal pada akhirnya dia merebut Hamdan dari dirinya.

Keesokan harinya disekolah..
Banyak teman-teman dikelas yang memberi ucapan selamat pada Indah atas menyatunya dia dengan Hamdan. Namun saat Anisa yang mendengarnya, semakin memanas hatinya. Dia tidak dendam, dia menerima semuanya. Namun Hafizah, menjadi kompor untuk membuat hati Anisa semakin panas. Nampaknya Hafizah membenci Indah yang berhubungan dengan mantan kekasihnya itu.

“Nis, kamu ikhlas Hamdan sama Indah?,” Tanya Hafizah.
“Kenapa memangnya? Aku ikhlas kok. Kan gak ada hubungannya denganku,” Jawab Anisa.
“Tapi bukannya kamu yang lebih dulu yang dekat dengan Hamdan? Kenapa malah Indah yang jadian dengannya?,” Kata Sasha yang membuat suasana memanas.
Setelah mendengar pernyataan dari teman-temannya, Anisa tak peduli. Anisa menganggap, dia tak ingin persahabatannya dengan Indah menjadi renggang hanya karena pernyataan temannya.
Pada saat acara diluar sekolah, Indah bilang kalau dia akan bertemu dengan Hamdan sebentar lagi. Anisa ingin menghindari pertemuan itu. Tapi dia penasaran, ini kesempatan baginya untuk bertemu Hamdan secara langsung. Mengetahui seperti apa sosok Hamdan yang selama ini dia kagumi. Meski bukan dia yang akan ditemui Hamdan, setidaknya Anisa sudah mengetahui, seperti apa Hamdan itu sebenarnya.
Kiki dan Fifi yang saat itu juga ikut dengan Anisa dan Indah, juga ingin melihat seperti apa pasangan sahabatnya itu.

Saat Hamdan datang menghampiri Indah, Kiki dan Fifi nampak berbisik.
“Oh ini orangnya, lumayan yaa..,” Kata Fifi.
Melihat Hamdan, Anisa semakin bersalah karena memberikan nomor Hamdan pada Indah. Anisa merasa seperti mak comblang yang menjembatani keduanya. Akibatnya hati Anisa yang menjadi korban akibat ulahnya sendiri.
Sasha dan Hafizah mulai memanasi hati Anisa kembali.
“Tuh,, lihat sendiri. Udah menyesal kan sekarang? Seharusnya kamu yang bersanding dengan Hamdan, bukan Indah,” Kata Hafizah.
“Iya, mereka bersenang-senang diatas penderitaanmu. Lihat, mereka tampak bahagia sedangkan hatimu terluka. Apa mereka peduli? Gak kan?,” Lata Sasha dengan nada menyindir.
Anisa hanya terdiam, sejenak mungkin kata teman-temannya benar, tapi dia tak peduli. Sahabatnya harus bahagia dengan pilihannya.

Pertemuan itu pun berlalu..

Namun pada keesokan harinya, Indah malah menghindar dari Anisa. Setiap Anisa ingin berbicara dengannya, Indah tak peduli dan menjauh darinya. Melihat semua itu, Anisa menjadi heran kenapa Indah bersikap seperti itu.
Melihat kejadian itu, Hafizah menghampiri Anisa.
“Kenapa tuh dengan Indah,” tanya Hafizah.
“Aku juga gak tau Fiz, nampaknya dia sedang tak ingin bicara denganku.,” Jawab Anisa.
“Bentar ya aku pengen ngomong sama dia,” Kata Hafizah.
Sejenak Hafizah meninggalkan Anisa, lalu kembali sesaat setelah dia selesai menemui Indah.
“Nis, aku udah tanya sama Indah kenapa dia bersikap seperti itu sama kamu,” Kata Hafizah.
“Apa katanya?,” tanya Anisa.
“Gini, dia tuh kesal sama kamu karena kamu gak jujur sama dia kalau kamu sebenarnya suka sama Hamdan,” Jawab Hafizah.
“Aku gak bermaksud seperti itu, aku bilang bahwa aku tak menyukainya karena aku tau bahwa Indah menginginkannya,” Jawab Anisa.
“Kamu ini terlalu baik Nis, sampai-sampai kebaikanmu menjadi bumerang bagi dirimu sendiri,” kata Hafizah.
“Sudahlah, biarkan dia sendiri dulu aja,” jawab Anisa.
“ya sudah, jangan minta maaf sebelum dia minta maaf terlebih dulu padamu,” pinta Hafizah.
“Iya Fiz, biarkan dia sadar dengan apa yang dia perbuat,” kata Anisa.
Setelah kejadian ini, hubungan persahabatan Anisa dan Indah menjadi pecah. Namun Fifi dan Kiki tetap bersama keduanya dan tak berpihak pada siapapun. Karena bagi mereka, Indah dan Anisa tetaplah sahabatnya. Namun, Saskia yang saat ini tengah dekat dengan Indah karena tak ada yang berteman dengan Indah dikelas karena perlakuannya pada Anisa, Saskia menghampiri Anisa.
“Nis, apa kamu gak mau baikan sama Indah? Kasian dia gak punya teman.
Mungkin jika dia berteman denganmu lagi, dia akan kembali punya banyak teman. Semua teman dikelas ini berpihak padamu. ,” tanya Saskia.
“Dia kan yang gak menyapa aku duluan, kenapa aku harus menyapanya terlebih dulu. Prinsipku, aku gak mau minta maaf terlebih dulu. Aku mau dia yang minta maaf, karena aku sama sekali gak merasa punya salah padanya.,” Jelas Anisa.
“Baiklah kalau itu keputusanmu, bagaimana kalian bisa baikan kalau sama-sama tak ingin minta maaf seperti itu.” Jawab Saskia.
“Sudahlah, nanti kalau dia sadar dia akan minta maaf dengan sendirinya,” jawab Anisa.

Dengan kejadian ini, keduanya sama-sama tak merasa bersalah. Sama-sama tak ingin meminta maaf terlebih dahulu. Malah Hafizah menganggap ini semua adalah salah Indah. Bukan salah Anisa. Karena Saskia adalah musuh Hafizah dan malah berteman dengan Indah, membuat Hafizah juga ikut membenci Indah. Entahlah, semuanya menjadi rumit dan tak terkendali dengan sikap-sikap seperti itu.
Setelah berminggu-minggu Anisa dan Indah tak lagi bersama, kini Saskia bilang pada Anisa melalui pesan teks bahwa Indah ingin meminta maaf pada Anisa. Anisa tak keberatan.
Pada sore harinya, Indah mengirim sms permintaan maaf pada Anisa. Isinya bahwa dia menyesal telah mendiami Anisa seperti itu.

        Indah mengaku bahwa dirinya sudah putus dengan Hamdan setelah tau bahwa Anisa menyukainya. Anisa tak menyangka bahwa sahabatnya itu memilih jalan ini. Anisa berkata agar Indah tak perlu mutusin Hamdan karena dirinya, Anisa menyuruh Indah untuk kembali dengan Hamdan. Anisa ingin sahabatnya itu bahagia dengan pilihannya, orang yang dia cintai.

Namun Indah menolaknya, Indah memilih lebih baik tak punya pacar jika harus kehilangan sahabat terbaiknya. Baginya, pacar bisa dicari namun sahabat akan selalu setia menemani.
Bagi Anisa pun juga, kenapa harus bertengkar gara-gara seorang cowok?  Anisa juga tak ingin persahabatannya sampai terputus gara-gara Hamdan. Laki-laki yang baru dikenal mereka, sedangkan Anisa dan Indah telah lama berteman.

Kini, Anisa dan Indah tak peduli lagi dengan seorang laki-laki yang akan menjadi perusak hubungan persahabatan mereka. Mulai kini, mereka saling terbuka tentang semua laki-laki yang mereka sukai. Dan keempat sahabat ini sampai saat ini tetaplah menjadi sahabat. Meski telah lulus, entah itu kuliah ataupun kerja, keempat sahabat itu tetaplah meluangkan waktu mereka selalu disetiap kesempatan. J
Semoga bagi sahabat dimanapun kalian berada, tetaplah jaga persahabatan kalian. Ingatlah kebersamaan dalam meraih mimpi.


 

Blogger news

Blogroll

About