Pages

Powered by Blogger.

Friday, February 20, 2015

Makalah Kewirausahaan

BAB I

PENDAHULUAN

Pada tahun 1998, perekonomian Indonesia memasuki masa-masa yang sulit. Pergantian kekuasaan dari era orde baru ke era reformasi yang disertai dengan krisis multidimensi mengakibatkan pengangguran dimana-mana. Perekonomian yang saat itu terpusat pada usaha-usaha besar dan konglomerasi mengalami kesulitan besar. Konglomerat (pemilik konglomerasi itu) mengalami kesulitan keuangan. Daya beli masyarakat menurun. Perusahaan-perusahaan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). (Rhenald Kasali,dkk,2010 : 9)
Ditengah masa-masa yang sulit tersebut, pekerjaan merupakan sesuatu yang sulit untuk didapatkan. Para sarjana yang saat itu kesulitan memperoleh pekerjaan karena mereka harus bersaing dengan orang-orang yang telah jauh berpengalaman dalam bekerja. Akhirnya, sarjana-sarjana itu kini menjadi pengangguran. Dengan situasi seperti itu, siapakah yang bisa diandalkan yang dapat mengatasi ini semua?
Ya, jawabannya wirausaha.
Dengan wirausaha, kita tentunya dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sesuai dengan bidang yang kita geluti. Namun, bagaimana teknik pemasaran yang baik agar konsumen tergerak untuk datang menjadi pelanggan disaat ekonomi kian memburuk, itu menjadi strategi sendiri bagi wirausahawan untuk meningkatkan daya jual usaha yang sedang dirintis.
Memang dengan usaha yang baru dikembangkan, bukan hal yang mudah bagi seorang wirausaha untuk melangkah pada pintu kesuksesan. Namun dengan kematangan keputusan dan tekad yang kuat, lambat laun jika semua usaha yang dibangun berawal dari niat, semuanya akan berjalan lancar. Kuncinya, jangan pantang menyerah dan mudah putus asa jika suatu saat usaha yang dibangun mengalami kegagalan. Modal utama seorang wirausaha yang sesungguhnya bukan terletak pada uang, melainkan keyakinan hati untuk melangkah menang. Karena dengan pola pikir yang meyakini kemenangan, maka jiwa akan juga ikut terangsang menjadi seorang pemenang.
Menurut buku (Rhenald Kasali,dkk,2010 : 12) Jika setiap orang memilih tidak bekerja pada orang lain dan membuka usaha sendiri, tetapi mereka belum layak disebut entrepreneur. Kalau mereka hanya sekedar membuka warung, berusaha seadanya untuk hidup, maka mereka hanyalah pedagang biasa. Ciri-ciri mereka adalah usaha dan stagnant, tak ada perubahan dari waktu ke waktu, dan dikerjakan tanpa rencana kemajuan sama sekali. Seorang entrepreneur adalah seorang yang “moving forward”, maju terus kedepan. Usahanya tumbuh dari waktu ke waktu, dari satu kedai menjadi lima, sepuluh, seratus, lalu seribu. Dari warung kecil menjadi usaha yang besar. Dari lima karyawan menjadi puluhan, ratusan, atau mungkin saja ribuan karyawan. Tak peduli apakah dia seniman, wartawan, pekerja sosial, atau industriawan. Siapa saja yang melakukaannya, dia bisa disebut entrepreneur asalkan bertumpu pada fondasi pertumbuhan.
Ada tujuh karakter yang harus dimiliki oleh setiap calon wirausaha (Rhenald Kasali,dkk,2010 : 18) :
     1.      Action oriented. Bukan tipe menunda, wait and see, atau membiarkan sesuatu (kesempatan) berlalu begitu saja.
      2.      Berpikir simple. Sekalipun dunia telah berubah menjadi sangat kompleks, mereka selalu belajar menyederhanakannya.
      3.      Mereka selalu mencari peluang-peluang baru. Apakah itu peluang usaha yang benar-benar baru, atau peluang dari usaha yang sama. Untuk usaha-usaha yang baru, mereka selalu mau belajar yang baru, membentuk jaringan dibawah dan menambah landscape atau scope usahanya.
      4.      Mengejar peluang dengan dsiplin tinggi.    
      5.      Hanya mengambil peluang yang terbaik.
      6.      Fokus pada eksekusi
      7.      Memfokuskan energi setiap orang pada bisnis yang digeluti.
Contoh wirausaha
Berawal dari modal Rp. 100.000,- memulai usaha membuat sandal-sandal imut dan lucu dengan beraneka macam bentuk, seperti hewan dan buah-buahan. Awalnya sebut saja Tono menjual sandal-sandal ini diemperan toko. Untuk mengambil suatu kesempatan, akhirnya Tono ikut pameran disebuah pameran francise. Dari hasil promosi, Tono mendapatkan agen sejumlah 10 agen. Dengan masing-masing agen harus membeli paket seharga Rp. 250.000. uang sebesar 2,5 juta dari 10 agen inilah yang digunakan Tono untuk memproduksi sandal lucu. Dari sana lah order yang diterima semakin tinggi. Namun dalam jangka waktu tiga bulan, Tono belum mendapatkan kentungan apa-apa. Pada saat tahun pertama, bisnis yang digelutinya mengalami keuntungan dan perkembangan yang pesat. Akhirnya, Tono mengambil keputusan untuk fokus menekuni usaha dengan didampingi lebih dari 50 karyawan. Produk yang dipasarkan kini bukan hanya sandal lucu, tapi juga kaos-kaos lucu dan sandal unik bagi remaja siap untuk diproduksi. Kini semua usaha itu telah dipasarkan secara online melalui beberapa situs web.
Dari pesan diatas disampaikan bahwa, jangan takut untuk memulai suatu usaha. Mungkin sekali dua kali mengalami kegagalan, namun jangan terhenti. Biasanya yang gagal berbisnis adalah orang yang berhenti mencoba lagi. Memulai usaha itu tidak perlu modal yang cukup besar.



BAB II

KREATIVITAS

Kreativitas adalah modal yang sangat penting. Sebagai wirausaha, sudah pasti Anda akan menghadapi medan persaingan yang ketat. Itu sebabnya Anda harus benar-benar kreatif dan tidak mudah mati akal. Tanpa kreativitas, Anda terpaku oleh constraint. Dengan kreativitas, Anda mampu keluar, melihat, dan menangkap peluang. Tanpa kekuatan membongkar belenggu-belenggu itu, Anda tak akan bisa survive, tidak bisa beradaptasi mengarungi dunia yang selalu berubah. (Rhenald Kasali,dkk,2010 : 36)
Kreativitas dalam wirausaha yang dipentingkan adalah seorang wirausaha mampu berfikir kreatif dalam hal dapat menciptakan dan menemukan sesuatu yang baru dan belum pernah ada sebelumnya. Sesuatu yang baru dan berbeda tersebut dapat dalam bentuk hasil seperti barang dan jasa dalam bentuk proses seperti ide, metode dan cara. Sesuatu yang baru dan berbeda yang diciptakan melalui proses berfikir kreatif dan bertindak inovatif merupakan nilai tambah dan merupakan keunggulan yang berharga.
Pemikiran kreatif ini diperlukan karena merupakan landasan seorang wirausaha untuk mengembangkan usaha yang sedang dijalaninya. Sekecil apapun usaha yang sedang dijalani, usaha tersebut harus dilandaskan sebuah ide kreatif dalam pengembangannya mengingat dunia usaha saat ini adalah dunia usaha yang penuh persaingan. Jadi, mulailah berfikir kreatif saat ini jika ingin memulai sebuah usaha. Karena dengan berfikir kreatif, sesuatu yang baru tidak akan dilahirkan, melainkan diciptakan oleh ide-ide yang inovatif.  
Dalam situasi itu, Anda dituntut cerdik menghadapi berbagai tekanan dan serangan. Kreativitas menjadi sangat penting karena (Rhenald Kasali,dkk,2010 : 36) :
     1.      Wirausaha yang kreatif dapat meluncurkan produk yang belum pernah dibuat di pasar. Anda bisa memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat dengan memperkenalkan produk atau jasa baru yang terus-menerus diperbarui. Anda tidak harus menjadi penemu (inventor), tetapi sebagai wirausaha, Anda menjembati penemu itu dengan pasar. Anda memberi arahan pada para penemu dan Anda mengemasnya sebagai produk komersial yang harganya terjangkau dan menjadikannya bisa digemari konsumen.
     2.      Dengan menjadi manusia yang kreatif, Anda bukanlah peniru, melainkan pemimpin. Pemimpin pasar adalah orang-orang yang disegani dan selalu menjadi benchmark. Brand Anda akan menjadi sangat kuat dan menjadi legend. Anda bisa saja ditiru orang lain, tetapi peniru tidak bisa membuat sesuatu yang lebih bagus dari sang pelopor.
     3.      First mover advantage. Dengan menjadi manusia yang kreatif, Anda akan memiliki keunggulan sebagai the first mover. Mereka yang merintis akan menjadi market leader dan selalu siap dengan gagasan-gagasan baru.
    4.      persaingan akan membuat jalan yang dilewati seorang wirausaha menjadi semakin sempit dan banyak jalan yang semula terbuka lebar, kelak akan ditutup oleh pesaing-pesaing baru. Oleh karena itu, dibutuhkan kreativitas. Kreativitas juga berarti mencari cara atau jalan keluar baru, membuka terobosan-terobosan, dan menciptakan perbedaan-perbedaan yang menonjol dan disukai pasar.
     5.      Risiko adalah bagian dari kehidupan seorang wirausaha sehari-hari. Risiko itu berujung pada aspek finansial yang dapat mematikan usaha, yang tidak bisa diatasi, bahkan dapat merusak reputasi dan kepercayaan terhadap diri Anda. Hanya manusia kreatif yang dapat lolos dari bencana dan kerugian. Kreativitas membuat Anda mampu menembus pintu-pintu baja kesulitan.
     6.      Kreativitas menghubungkan titik-titik yang terpisah dan terisolasi. Orang yang kreatif mampu menyatukan “mozaik” yang menjadi sebuah kode rahasia yang mengandung arti untuk membuka pintu rahasia kesulitan.
Contoh penerapan kreativitas pada penjualan makanan
Semakin berkembangnya jumlah usaha makanan yang digeluti setiap orang, dari situlah apa salahnya menciptakan suatu produk yang lain daripada yang sudah ada pada umumnya. Misalnya untuk memulai berjualan mie ayam yang banyak digemari orang-orang, terutama kalangan mahasiswa. Usaha ini juga tidak membutuhkan modal yang tidak terlalu besar. Namun, harus dibedakan dengan mie ayam yang sudah ada apa umumnya. Biasanya saat kita makan mie ayam, terkadang banyak tulang ayam yang mengganggu. Dari sini, dapat diciptakan misalnya mie ayam tanpa tulang. Atau bila bosan dengan mie ayam, dapat pula menambahkan variasi menu. Misalnya dengan menambahkan mie bebek atau mie burung dalam daftar menu yang baru. Atau dengan melakukan inovasi baru terhadap perkembangan mie ayam. Misalnya membuat mie ayam jamur (dengan jamur sebagai bahan pengganti ayam).
Namun, bagaimanapun itu inovasi makanannya, promosi produk juga merupakan acuan agar konsumen suka dan selalu menjadi langganan pada produk kita. Promosi yang dilakukan juga harus memiliki kreasi agar dapat menarik pengunjung. Misalnya, saat hari sabtu dan minggu, pembelian mie ayam tiga porsi mendapatkan gratis satu gelas minuman teh. Atau bisa juga, pemesanan mie ayam hingga lima pengunjung akan mendapatkan diskon 2%. Strategi seperti itulah yang diharapkan dapat menimbulkan rasa tertarik pelanggan untuk mampir mencicipi produk kita, selanjutnya serahkan pada masing-masing individu tentang pelayanan rasa dan kualitas bahannya. Jika rasa dan kualitasnya bagus, maka tanpa adanya promosi pun orang-orang akan mencari-cari produk yang kita jual.

BAB III

MOTIVASI

Perkembangan zaman pada saat ini sangat terasa cepat terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) maupun dibidang pertumbuhan ekonomi di dunia wirausaha atau bisnis. Untuk memulai usaha sangatlah tidak mudah dikarenakan berbagai faktor yang membuat para wirausahawan enggan untuk mengadakan ataupun memulai sebuah usaha yang dinginkan. Faktor-faktor tersebut berpengaruh besar terhadapa pikiran seorang wirausahawan untuk berwirausaha, misalnya faktor tidak adanya modal sebagai langkah awal untuk memulai sebuah usaha kecil-kecilan atau yang besar, faktor tidak punya tempat untuk mengadakan usaha yang sesuai kriteria, dan bisa juga faktor tiada dukungan dari keluarga dan pihak terdekat. Tidak kalah dengan faktor yang disebut barusan ialah faktor takut  terpendam dalam diri seseorang untuk memulai usaha dan bisnis. Faktor takut tersebut bukan takut karena adanya ancaman dari pihak luar agar tidak berwirausaha, melainkan faktor takut gagal yang dirasakan oleh seseorang untuk merintis usaha dari awal. Dalam membangun usaha, seorang wirausaha harus mempunyai kepercayaan, motivasi yang tinggi dan tanamkan rasa tidak takut pada kegagalan.
Betapa pentingnya motivasi dalam diri seseorang untuk memulai dan membangun usaha dan bisnis agar usaha dan bisnis tersebut bisa berjalan dengan lancar dan tidak ada hambatan. Ketika seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya tidak boleh terpaku terhadapa dirinya sendiri melainkan harus memberi motivasi terhadap karyawannya apabila punya karyawan, maksudnya usaha yang dibangun ialah usaha yang besar sehinga membutuhkan karyawan. Motivasi yang diberikan pada karyawan tersebut bertuuan supaya meningkatkan kinerja karyawan dan agar tidak malas dalam bekerja.
            Motivasi merupakan proses psikologis yang terjadi pada diri seseorang yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan sebagainya. Membicarakan motivasi adalah tidak sederhana dan menuntut ketekunan dan berbagai pendekatan tersendiri. (Wahjosumidjo,1933 :172)
Diantara teori motivasi, ada yang membagi teori motivasi menjadi 2 macam aliran (Wahjosumidjo,1933 :181) :
      1.      Teori Kepuasan (Content Theory)
Teori ini menekankan pada pentingnya pengetahuan terhadap faktor-faktor dalam diri para bawahan yang menyebabkan mereka berperilaku. Teori ini juga mencoba menjawab pertanyaan:
-          Kebutuhan apa yang diperlukan oleh bawahan untuk mencapai kepuasan.
-          Dorongan apa saja yang menyebabkan bawahan itu berperilaku.
      2.      Teori Proses (Process Theory)
Dalam teori ini ditekankan pada usaha untuk memberikan jawaban atas pertanyaan:
-          Bagaimana bawahan itu bisa dimotivasi
-          Dengan tujuan apa bawahan itu bisa dimotivasi.

Dalam buku Maslow yang berjudul Motivation and Personality, lima jenjang kebutuhan pokok manusia, dijelaskan sebagai berikut (Wahjosumidjo,1933 :185) :
      1.      Kebutuhan mempertahankan hidup (Physiological needs)
Manifestasi kebutuhan ini tampak pada 3 hal yaitu: sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan primer untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan biologis.
      2.      Kebutuhan rasa aman (safety needs)
Manifestasi kebutuhan ini antara lain adalah kebutuhan akan keamanan jiwa, di mana jaminan hari tua.
      3.      Kebutuhan sosial (social needs)
Manifestasi kebutuhan ini antara lain tampak pada kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain (sense of belonging), kebutuhan untuk maju dan tidak gagal (sense of achievement), kekuatan ikut serta (sense of participation).
      4.      Kebutuhan akan penghargaan/prestise (esteem needs)
Semakin tinggi pula status semakin tinggi pula prestisenya. Prestise dan status ini dimanifestasikan dalam banyak hal, misalnya tongkat komando, mobil Mercy, kamar kerja yang full AC, dan lain-lain.
      5.      Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja (self actualization)
Kebutuhan ini manifestasinya tampak pada keinginan mengembangkan kapasitas mental dan kapasitas kerja, melalui on the job training, of the job training, seminar, konperensi, pendidikan akademis, dan lain-lain.

Sedangkan teori pemeliharaan motivasi menurut Frederick Herzberg, yaitu (Wahjosumidjo,1933 :187) :
    1.      Perbaikan gaji dan kondisi kerja tidak akan menimbulkan kepuasan, melainkan sekedar mengurangi ketidakpuasan.
       2.      Yang dapat memacu bekerja baik ialah kelompok satisfiers
      3.      Statisfier disebut pula intrinsic factors, job content, motivator, sedangkan dissatisfier disebut pula extrinsic factors, job content, higyene factors.
      4.      Dalam perkembangan selanjutnya apabila dibandingkan dengan teori Maslow
a)      Satisfiers : berhubungan dengan higher order needs (social needs dan self actualization needs)
b)      Dissatisfiers : disebutkan sebagai tempat pemenuhan lower order needs (physiological needs, safety dan security needs, dan sebagai social needs).

Contoh penerapan motivasi pada karyawan
Agar meningkatkan produktivitas dan kepuasan karyawan, dapat dilakukan penerapan motivasi. Misalnya dengan Telecommuting.
Telecommuting adalah bekerja dirumah setidaknya 2 hari seminggu pada komputer yang terhubung ke kantor employer. Menurut buku Organizational Behavior, Department kependudukan U.S mengatakan terjadi peningkatan 25% pekerja yang bekerja dari rumah dari tahun 1999 sampai 2005, dan 20% meningkat dalam pekerja yang bekerja secara eksklusif dari rumah. Survey terbaru dari 5000 profesional HR menemukan bahwa 35% organisasi mengizinkan karyawannya untuk telecommuting mengatakan setidaknya sebagian dari waktu dan 21% full-time. Organisasi ternama yang secara aktif menggiatkan telecommuting ini adalah seperti AT&T, IBM, American Express, Sun, Microsystems dan sejumlah badan pemerintahan US lainnya.
Dengan telecommuting ini, produktivitas pada perusahaan menjadi lebih tinggi, meningkatkan semangat karyawan, dan mengurangi biaya ruang kantor. Selain itu, teknik telecommuting ini juga menawarkan banyak peningkatan dalam fleksibilitas dan kepuasan karyawan itu sendiri.



BAB IV

ETIKA WIRAUSAHA

Dalam berwirausaha, usaha yang dapat dikatakan sukses jika usaha tersebut dilandasi pada nila-nilai etika. Karena perusahaan yang berkembang dan besar, bukan dikarenakan skill ataupun modal yang melimpah, melainkan penanaman nilai moral dan etika yang selalu dijunjung dalam berbisnis. Etika wirausaha bukan cuma etika terhadap diri sendiri, melainkan pada Tuhan, sesama manusia, Hukum dan lingkungan. Prinsip etika dalam wirausaha dimulai dari adanya kejujuran, sikap saling menghormati, menjaga integritas bisnis dalam perusahaan, serta tanggung jawab yang harus dimiliki oleh setiap individu.
Berdasarkan penjelasan diatas, ada beberapa tanggung jawab perusahaan yang berkaitan dengan etika, misalnya:
   1.      Tanggung jawab terhadap lingkungan, yang berarti perusahaan harus mampu merawat dan melestarikan lingkungan.
    2.      Tanggung jawab terhadap karyawan, yang berarti perusahaan harus mampu memberikan pelayanan yang baik bagi karyawan.
   3.      Tanggung jawab terhadap pelanggan, ini berarti bahwa perusahaan harus mampu menyajikan barang/jasa yang berkualitas serta memberikan harga produk yang wajar dan adil.
   4.      Tanggung jawab terhadap investor, bahwa tanggung jawab perusahaan terhadap pengembalian investasi dan segala yang berhubungan dengan keuangan perusahaan.
    5.      Tanggung jawab terhadap masyarakat, berarti perusahaan ikut menyediakan layanan dan kontribusi yang berguna bagi masyarakat sekitar lokasi perusahaan.
Sebenarnya, apakah yang dimaksud dengan etika? Beberapa sumber menyebut etika sebagai suatu pedoman untuk mendapatkan hidup yang bernilai atau bermartabat. Untuk itulah, etika memberikan petunjuk tindakan-tindakan apa yang benar dan apa yang salah. Menurut The World Book Encyclopedia (2008), etika mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang benar dan salah dengan menggunakan metode “reasoning”, bukan benar-salah menurut kepercayaan atau tradisi. (Rhenald Kasali,dkk,2010 : 107)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar berbisnis dapat dilakukan dengan etis adalah (Rhenald Kasali,dkk,2010 : 102) :
1.    Berperilaku jujur dalam menjalankan aktivitas bisnis. Ini meliputi seluruh aspek dalam menjalankan usaha. Misalnya dalam aspek produksi, berperilaku jujur berarti kita menghasilkan produk sesuai dengan standar kualitas, aman dikonsumsi orang lain, dan memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan oleh hukum maupun pembeli. Jujur juga berarti terbuka, menyebutkan segala kekurangan dan bahaya yang timbul dari produk Anda. Jujur dalam berproduksi, memasarkan, dan membayar pajak.
2.    Menaati tata nilai. Dalam melakukan aktivitas bisnis, ada tata nilai yang tidak tertulis yang berlaku universal dan harus kita jalankan. Misalnya, nilai sama-sama untung (win-win), saling menghormati, memberi tahu, mencegah kerugian pihak lain, keterbukaan, adil, santun, melayani, dan seterusnya.
3.    “Walk the Talk” bermakna konsisten antara apa yang dilakukan dengan apa yang diucapkan. Hal ini berarti sebagai seorang wirausaha, Anda perlu bekerja keras untuk menjadi contoh dan menjalankan hal-hal positif yang Anda ucapkan. Dalam menjalankan aktivitas usaha, hal tersebut akan menjadi patokan dalam tindakan keseharian maupun keputusan-keputusan yang dibuatnya.
Contoh penerapan etika wirausaha antara atasan dengan bawahan dan contoh penerapan etika PT Pos Indonesia
Setiap atasan maupun bawahan wajib untuk melaksanakan standar tata perilaku dalam menjaga hubungan baik antara atasan dan bawahan yang diatur sebagai berikut :
  1. Setiap atasan harus bisa menjadi panutan, pengarah, motivator, pembimbing dan pengawas bagi bawahannya serta bertanggung jawab atas perilaku dan kinerja bawahannya.
  2. Setiap atasan harus memperhatikan bawahannya untuk selalu meningkatkan keteramplan, ahlak, intelektualitas/pengetahuan, etika dan perbaikan secara terus menerus (continuous improvement)
  3. Setiap bawahan secara aktif harus senantiasa mengembangkan diri dan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan mengindahkan petunjuk, arahan, serta bimbingan atasannya.
  4. Setiap atasan dan bawahan harus senantiasa saling menerima, menghormati, menghargai,mengingatkan dan membina kerjasama yang efektif, didasari dengan ketulusan hati dan itikad baik.
  5. Setiap atasan dan bawahan harus senantiasa membangun hubungan komunikasi yang terbuka, efektif dan lancar.
  6. Setiap atasan dan bawahan harus senantiasa menciptakan suasana kerja yang sehat dan kondusif dalam lingkungan yang selalu bersih, indah dan rapih.
Contoh Penerapan etika PT POS INDONESIA dengan menerapkan Good Corporate Governance (GCG) yang merupakan pedoman bagi Komisaris dan Direksi dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dengan dilandasi moral yang tinggi, kepatuhan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial perseroan terhadap pihak yang berkepentingan secara konsisten.
Maksud dan tujuan penerapan Good Corporate Governance di Perusahaan adalah sebagai berikut:
1.      Memaksimalkan nilai Perusahaan dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar Perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.
2.      Mendorong pengelolaan Perusahaan secara profesional, transparan dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian.
3.      Mendorong agar manajemen Perusahaan dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial Perusahaan terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar Perusahaa.
4.      Meningkatkan kontribusi Perusahaan dalam perekonomian nasional
5.      Meningkatkan nilai investasi dan kekayaan Perusahaan



BAB V

KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan, bagi seorang wirausaha, adalah modal yang sama pentingnya dengan kepercayaan dan  kreativitas. Kepemimpinan menggabungkan kreativitas dan kepercayaan menjadi sebuah usaha yang efektif, yang berpengaruh luas dan bidup. (Rhenald Kasali,dkk,2010 : 83)
Sebuah usaha tanpa kepemimpinan yang kuat hanya akan menjadi sebuah usaha kecil yang tidak akan berkembang. Dengan kepemimpinan lah akan membentuk usaha menjadi lebih besar dan banyak orang yang mau bekerja dengan Anda karena mereka merasa nyaman dan betah bekerja dengan Anda. Kepemimpinan dapat dibentuk secara bertahap dan tumbuh seiring dengan berjalannya usaha yang dibangun. Kepemimpinan hanya dilakukan oleh seorang pemimpin. Seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, adalah seseorang yang memiliki kemampuan mempengaruhi pendapat/ pendirian orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin juga aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Wirausahawan yang berhasil adalah pemimpin yang berhasil memimpin para karyawannya dengan baik. Pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda, mereka mengembangkan gaya kepemimpinan mereka sendiri sesuai dengan karakter pribadi mereka dalam memajukan perusahaan.

Ada enam karakter yang terkait dengan kepemimpinan yang efektif, yaitu sebagai berikut (Rhenald Kasali,dkk,2010 :87-88) :
    1.      Dorongan. Pemimpin adalah orang-orang yang memiliki tingkat usaha (dorongan) yang tinggi. Mereka mempunyai kehendak yang kuat untuk pencapaian prestasi. Memiliki ambisi positif, energi yang berlimpah, tak kenal lelah dalam berkegiatan, dan menunjukkan inisiatif dalam banyak hal.
     2.      Kehendak untuk memimpin. Pemimpin adalah orang yang mempunyai karakter dan kehendak yang kuat untuk memengaruhi dan memimpin orang lain. Mereka menunjukkan kemauan dalam mengemban dalam mengemban tanggung jawab, meskipun pekerjaan atau tugas yang diembannya berbahaya atau beresiko.
    3.      Kejujuran dan Integritas. Pemimpin mempunyai keinginan untuk membangun hubungan saling memercayai dan dengan memberi teladan dan menunjukkan konsistensi yang tinggi antara perkataan dan perbuatan.
    4.      Kepercayaan Diri. Para pengikut melihat pemimpinnya tidak ragu-ragu dalam bertindak. Pemimpin perlu menunjukkan kepercayaan dirinya untuk meyakinkan para pengikutnya tentang kebenaran sasaran dan keputusannya.
    5.      Kecerdasan. pemimpin adalah orang yang cerdas dan berpengetahuan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan informasi. Mereka harus mampu menciptakan visi, memecahkan masalah, dan membuat keputusan yang tepat.
   6.      Pengetahuan yang Terkait dengan Pekerjaan. Pemimpin yang efektif mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi tentang banyak hal, mulai dari perusahaan, industri, dan hal-hal teknis. Pengetahuan yang luas membuat pemimpin dapat membuat keputusan yang cermat.
Kepemimpinan ada tiga jenis, yaitu kepemimpinan transformasional-Transaksional, kepemimpinan karismatik-visioner, dan kepemimpinan Tim. (Rhenald Kasali,dkk,2010 :95-96)
     1.      Kepemimpinan transformasional-Transaksional
Kepemimpinan Transaksional adalah pemimpin yang membimbing atau memotivasi pengikutnya menuju sasaran dengan memperjelas peran atau persyaratan tugas.
Kepemimpinan Transformasional dibangun diatas kepemimpinan transaksional.
     2.      Kepemimpinan karismatik-visioner
Pemimpin karismatik adalah pemimpin yang basisnya adalah antusiasme, dan memiliki rasa percaya diri yang kuat, serta tindakannya dapat mempengaruhi banyak orang untuk berperilaku dengan cara tertentu.
Pemimpin visioner melampaui pemimpin karismatik karena kemampuannya menciptakan dan menyatakan visi yang realistis, layak dipercaya, dan menarik mengenai masa depan organisasi.
     3.      Kepemimpinan Tim
Pemimpin tim adalah penghubung dengan pihak luar, penyelesai masalah, manajer konflik, dan seorang pembina.

Contoh kepemimpinan yang diterapkan pada Perusahaan Listrik Negara (PLN) [5]
Untuk memaksimalkan kegiatan organisasi dan memberikan pelayanan yang berkualitas, PT. PLN memberlakukan ”pedoman perilaku” yang diterapkan pada seluruh pemimpin di setiap tingkatan divisi. Setiap pemimpin mempunyai kewajiban, antara lain:
a.       Menciptakan budaya kepatuhan terhadap pedoman perilaku dan kebijakan perusahaan yang menyadarkan pegawai atas tugas dan tanggung jawabnya.
b.      Mendorong terbangunnya perilaku etis dalam melaksanakan pekerjaan agar tercapai kinerja individu dan kinerja perusahaan yang terbaik.
c.       Mencegah terjadinya masalah kepatuhan
d.      Mendeteksi permasalahan : Mengembangkan sistem pengaduan yang efektif, Mengontrol secara berkala untuk meminimalkan pelanggaran.
e.       Merespon permasalahan.
f.       Menjadi teladan di tempat kerjanya : Memberikan hukuman bagi yang melanggar dan Melaporkan sesuai prosedur yang berlaku.

Yang harus dilakukan Pemimpin sehingga menjadi karakteristik pemimpin pada PT. PLN, antara lain sebagi berikut:
  1. Menginspirasi dan memberikan keteladanan perilaku Saling Percaya, lntegritas, Peduli dan Pembelajar.
  2. Mempelopori pembaharuan dan modernisasi perusahaan melalui pemikiran out of the box.
  3. Memastikan semua unsur Perusahaan bekerjasama secara sinergis guna mendapatkan kinerja unggul dan meningkatkan pelayanan publik
  4. Membina kader melalui proses CMC (Coaching, mentoring dan conseling)
  5. Mengantisipasi kondisi turbulence dan lingkungan yang selalu berubah dengan gesit (agility) dan fleksibel.
Setiap perusahaan sektor publik memiliki karakteristik kepemimpinan yang berkualitas yang harus dimiliki oleh setiap pimpinannya agar dapat menjalankan perusahaan sesuai dengan tujuan perusahaan. Akan tetapi, tidak semua perusahaan di sektor publik memiliki karakteristik kepemimpinan yang sama. Hal ini dikarenakan setiap perusahaan mempunyai budaya organisasi, tujuan organisasi, dan  lingkungan organisasi yang berbeda-beda. Begitu juga dengan PT. PLN yang mempunyai karakteristik kepemimpinan yang berbeda dengan perusahaan di sektor publik lainnya.

BAB VI

KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN

Kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jwa yang selalu aktif dalam usaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Sedangkan menurut Menurut Peggy A. Lambing & Charles R. Kuehl dalam buku Entrepreneurship (1999), kewirausahaan adalah suatu usaha yang kreatif yang membangun suatu value dari yang belum ada menjadi ada dan bisa dinikmati oleh orang banyak.

Dari beberapa konsep yang ada di atas, ada enam hakekat penting kewirausahaan sebagai berikut ( Suryana,2003 : 13) :
     1.      Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Acad Sanusi,1994)
    2.      Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda ( Drucker,1959)
   3.      Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer,1996)
     4.      Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha dan perkembangan usaha ( Soeharto Prawiro,1997)
    5.      Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan sesuatu yang berbeda yang bermanfaat member nilai lebih
      6.      Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan baru kepada konsumen.
Contoh penerapan konsep dasar kewirausahaan PT.PIU
Penerapan Konsep Dasar Kewirausahaan pada perusahaan PT.PIU di kab.Pankep adalah suatu kemampuan kreatif dan inovatif dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda yang dijadikan dasar, kiat dalam usaha atau perbaikan hidup. Hakikat dasar dari Penerapan Konsep Dasar kewirausahaan adalah kreativitas dan keinovasian. Kreativitas adalah berfikir sesuatu yang baru dan keinovasian dalam berbuat sesuatu yang baru. Ada beberapa alasan mengapa seseorang berminat berwirausaha yaitu alasan keuangan, sosial, pelayanan dan alasan emmenuhi kebutuhan pribadi.

BAB VII

ENTREPRENEUR & INTRAPRENEUR

Ketika mendengar kata entrepreneur, pasti akan terpikir tentang pengusaha, bisnis, uang dan sebagainya. Tapi apakah sebenarnya entrepreneur tersebut?
Entrepreneur tersebut merupakan orang yang memiliki jiwa entrepreneurship. Yang berarti entrepreneurship tersebut merupakan sebuah mindset atau pola pikir yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang. Entreprenuer selalu dapat menghasilkan kreasi-kreasi baru dan akan selalu melihat masalah sebagai sebuah tantangan.
Dalam buku intrapreneuring, Gifford Pinchot III (1988), para entreprenuer terutama terdorong untuk memuaskan keinginan pribadi untuk berprestasi, biasanya hal ini dilakukan dengan memperkenalkan ke dunia berbagai produk dan jasa baru yang bermanfaat bagi mereka sendiri atau pasar. Jika entrepreneur sukses dalam bisnis independen (bebas), mereka tidak hanya memperoleh kekayaan dan martabat, tetapi juga kebebasan bertindak. Modal yang mereka peroleh dalam usaha mereka memberi mereka wewenang untuk mengambil resiko, mempergunakan kerangka waktu yang lebih lama untuk mencoba gagasan baru, dan menanggung kesalahan mereka sendiri tanpa harus mempertanggung jawabkan kesalahan tersebut kepada majikannya.
Sedangkan intrapreneur merupakan orang yang memiliki entrepreneurship namun tidak keluar dari perusahaan dimana ia bekerja.
Menurut Gifford Pinchot III (1988), intraprenuer memperkenalkan dan membuat produk, proses, dan pekerjaan baru yang pada gilirannya akan memungkinkan perusahaan secara keseluruhan memperoleh pertumbuhan dan keuntungan.
Seperti entreprenuer, intrapreneur tidak perlu menjadi penemu produk atau jasa baru. Sumbangan mereka terletak dalam mengambil gagasan baru atau bahkan mengerjakan prototipe dan mewujudkannya menjadi realita yang menguntungkan.
Menjadi intrapreneur sebetulnya merupakan sikap mental. Sikap mental ini belum tentu ada sejak kanak-kanak, tetapi dapat dikembangkan pada setiap tahap kehidupan asal saja ada keinginan dan kesempatan.

Entrepreneur Tradisional
Intrapreneur
Motif utama
Menginginkan kebebasan berorientasi kepada tujuan, percaya diri dan termotivasi oleh dirinya sendiri
Menginginkan kebebasan dan diperbolehkannya mempergunakan sumberdaya perusahaan. Berorientasi kepada tujuan dan dorongan diri sendiri, tetapi juga tanggap terhadap imbalan dan penghargaan perusahaan
Orientasi waktu
Sasaran akhir pertumbuhan usaha 5-10 tahun, dipandang sebagai pedoman.
Sasaran akhir 3-15 tahun tergantung pada jenis usaha.
Tindakan
Bersedia melakukan pekerjaan kasar. Dapat membingunkan karyawan karena tiba-tiba mengambil alih pekerjaan mereka.
Bersedia melakukan pekerjaan kasar. Mungkin tahu bagaimana mendelegasikan tetapi jika perlu mengerjakan sendiri apa yang perlu dikerjakan
Keterampilan
Menguasai seluk beluk bismis dengan akrab. Mempunyai lebih banyak kelihaian berusaha daripada keterampilan politik manajerial.
Mirip dengan entrepreneur, tetapi pekerjaan menuntut kemampuan yang lebih besar untuk dapat sukse dalam perusahaan.
Contoh penerapan entrepreneur dan intrapreneur
manajer suatu lini produk dibagian pemasaran Trandy Corporation tidak berhasil mengusulkan untuk mengembangkan komputer pribadi untuk dijual ke toko radio Shack. Reaksi intrapreneurialnya adalah membuat prototipe yang sudh dikembangkan dengan baik. Hasilnya adalah Radio Shack menjadi penjual dominan di pasar komputer pribadi.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Kasali Rhenald, dkk (2010). Modul Kewirausahaan. Jakarta Selatan: Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika).
[2] Wahjosumidjo (1933). Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia.
[3] Robbins, S.P. & Judge, T.A. 2013. Organizational Behavior. New Jersey: Pearson Education.
[4] Suryana. 2003. Kewirausahaan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
[5] http://anekamakalahkita.blogspot.com/2013/01/penerapan-karakteristik-kepemimpinan.html
[6] Gifford Pinchot III (1988). Intrapreneuring. Jakarta : Penerbit Erlangga.


 

Blogger news

Blogroll

About