Pages

Powered by Blogger.

Thursday, December 13, 2012

My Short Story (1)


Perjodohan Termanis

Ini cerita tentang cinta pertamaku, namaku Chila, Chila agustina. Cerita cinta ini dimulai dari kelas XII SMA.
Sejak dari kecil, aku belum pernah merasakan hal yang namanya jatuh cinta. Hingga pada suatu ketika, aku merasakan ada hal aneh didalam diriku. Yaitu merasakan jatuh cinta pada pandangan yang pertama. Aku bertemu dia di sekolah. Aku merasakan jatuh cinta padanya karena dia selalu memandangku dengan tatapan yang aneh. Huh...?!!! Aku ngomong apa sich..?? Padahal, itu tentu kalau aku sedang jatuh cinta. Tapi di setiap aku bertemu dengan dia, jantungku berdegup dengan kencangnya. Namun, aku tidak tahu siapa nama dia. Habisnya aku ketemu dengan dia di lapangan basket bersama teman-temannya. Bola itu tanpa di sengaja mengenai kepalaku, tapi untung saja aku tidak pingsan. Dia membangunkan aku dan berkata
“Maafkan aku”.
Hingga pada waktu pagi harinya. . . . .
Cowok itu: “maafkan atas kejadian kemarin ya..?? kamu nggak apa-apa kan...??”
Aku            : “ehmm,, (salah tingkah). Aku nggak apa-apa koq.”
Cowok itu: “(tersenyum paadaku, lalu pergi begitu saja).”
Hatiku bahagia sekali, karena aku bisa bertemu dengannya lagi, tapi, sayangnya aku tidak tahu kelasnya di sebelah mana. Bel pulangpun berbunyi, aku langsung pulang bersama teman-temanku yaitu Rahma, Rani, dan Ica. Maklum, kita berteman sudah lebih dari 5 tahun. Jadinya, nempel terus deh..?!!

Di gerbang sekolah. . . .
Tiba-tiba,,, cowok itu menghalangi aku dengan sepeda motornya, lalu berkata. . .
Cowok : “kamu mau nggak pulang bareng ma aku..??”
Aku      : “(terkejut mendengar ucapan itu)”
Rahma: “ciye,, ciye..”
Rani     : “ya sudah, Chil. Nggak apa-apa koq,, kami pulang ber-3 aja..”
Aku      : “tapi...”
Cowok: “ayo,, lagipula teman-teman kamu tidak kan...?? ini semua, sebagai penebus
 kesalahan aku kemarin.”
Ditengah perjalanan tiba-tiba dia berhenti disebuah taman.
Aku     : “kenapa kita kesini? Katanya kamu mau nganterin aku pulang?”
Cowok: “ya, aku tahu.. tapi, sebelum aku pulang ke rumah, aku selalu
menyempatkan diri untuk pergi ke tempat ini. Karena tempat ini, tempat yang
spesial buat aku.”
Aku      : “kenapa tempat ini begitu spesial buat kamu?”
Cowok: “karena setiap kali aku sedih, kesal, marah, bahagia, tempat ini yang
selalu menenangkan aku. Oh ya, kita kan belum kenalan, nama kamu siapa?”
Aku     : “Chila (sambil berjabat tangan)”
Cowok: “Rio.”
Aku     : “(didalam hati) ohh. . . jadi namanya Rio. . .
Rio      : “ya sudah, ayo kita pulang. Aku takutnya mama kamu nyariin kamu, lagi. .
            Dimana alamat kamu?”
Aku    : “jalan Cemara No.5.”
Rio     : “oh, jadi rumah kamu disitu.”

Setibanya dirumah. . .
Aku    : “makasih ya, kamu sudah mau nganterin aku..”
Rio     : “sama-sama, ngomong-ngomong koq rumah kamu sepi sich..?!!”
Aku    : “ya, soalnya hanya mama didalam sedangkan papa sudah lama
 meninggal.”
            Rio    : “ehm, maaf.”
            Aku   : “nggak apa-apa koq. Kamu nggak mau masuk dulu?”
            Rio    : “nggak usah.. aku langsung mau balik aja.”
            Aku   : “hati-hati.”

            Sore harinya, teman-teman aku Rahma, Rani, dan Ica datang kerumahku untuk mengerjakan tugas sekolah.
            Rahma : “Chil, kamu punya tetangga ganteng koq nggak bilang-bilang sama kita
                        Sich..??”
            Rani    : “ya bener, dan kayaknya kita agak kenal sama cowok itu..”
            Aku     : “kalian ngomong apa sich..?? aku kan nggak punya tetangga cowok..”
            Ica      : “hah,, aku tahu.. pasti dia tetangga baru ya..??”
            Aku    : “masak sich..??”
            Rani   : “kamu nggak percaya sama kita..??”
            Aku    : “bukannya gitu,, tapi......”
            Ica     : “ah, sudah. Jangan pakek tapi-tapian. Rumahnya diseberang rumah kamu
                         Ini.”
            Aku   : “sudah, sudah. Kok jadi ngebahas masalah itu sich..?? mendingan kita
                         Kerjakan tugas kita dulu.”
           
Keesokan harinya, merupakan hari minggu. Dan setiap hari minggu, aku lari pagi keliling kompleks. Hingga akhirnya, aku senam-senam dikit didepan rumah tetangga baru aku itu kata teman-temanku. Karena aku penasaran, apa benar aku punya tetangga baru. Dan waktu itu, aku melihat dia sedang mencuci sepeda motornya. Dan kayaknya, aku kenal dengan sepeda motor itu. Tidak salah lagi, itu sepeda motor yang dipakai Rio untuk mengantar aku pulang. Karena aku penasaran, maka aku dekati cowok itu.
Rio    : “(kaget). Ehm, Chila.”
Aku   : “(ternyata benar). Rio.. kamu tinggal disini? Berarti kita tetanggaan donk!
            (aku kaget karena selama ini aku bertetangga dengan dia)”
Rio    : “ya, Chila. Sebenarnya aku sudah lama tinggal disini, sudah hampir 4
            Bulan.”
Aku   : “kenapa kamu tidak pernah kasih tahu aku kalau kamu tinggal disini?”
Rio    : “mungkin kamu yang tidak tahu kalau aku tinggal disini. Tapi, aku tahu
            Kamu. Bahkan aku tahu semua kegiatan kamu sehari-hari. Aku selalu
            Memperhatikan kamu diatas loteng rumahku dan tanpa disengaja aku
            Tahu kalau kamu juga sekolah ditempat yang sama denganku.”
Aku   : “jadi.....”
Rio    : “ya, aku sudah lama mengetahui hal itu karena kamu selalu berada
            Dikamarmu. Dan itu sangat kelihatan.”
Aku   : “terus, apa alasan kamu mengarahkan bola ke kepalaku waktu itu?”
Rio    : “kalau soal itu, benar-benar tanpa aku sengaja. Aku juga kaget waktu itu.
            Ternyata kamu adalah orang yang selama ini aku perhatikan.”
            Oh my God, aku baru tahu lho.. kalau dia selama ini sering memperhatikan aku. Aku langsung pulang waktu itu.
            Keesokan harinya, ketika aku keluar dari rumah. Tiba-tiba Rio menghampiri aku di depan rumah. Dan dia ngajak aku untuk berangkat sekolah bersama. Tentu saja aku tidak mau menolak kesempatan itu.
            Sesampainya di sekolah, ternyata Rahma, Rani dan Ica mengetahui hal itu. Malah mereka ngeledekin aku.
            Rahma  : “ciye, ciye.. kayaknya sekarang sudah ada cowok yang mampu membuat
Hati teman kita jadi klepek-klepek ni?”
Aku        : “apaan sich?”
Ica          : “iya ni, lagi PDKT ni yeee.... ehemm,, pasti cinta yang pertama ni.. he.”
Rani       : “eh, jangan usil. Oh ya, kenapa kamu bisa bareng sama Rio?”
Aku        : “jadi kalian kenal sama dia?”
Rani       : “tentu donk! Dia kan cowok yang ahli banget dalam permainan basket?
So, mana mungkin cewek-cewek di sekolah ini nggak kenal sama dia.”
Aku       : “kalian tahu tidak, ternyata tetangga aku yang baru itu, ya Rio..”
Teman-teman: “hahh..?? serius loe..”
Aku       : “duduk, duduk. (aku ceritakan semua kejadian itu kepada teman-
              Temanku.
Ica        : “ehm, jangan-jangan Rio naksir lagi sama kamu?
            Kalau nggak, ngapain dia selalu memperhatikan gerak-gerik kamu setiap
            Harinya.”
Rahma & Rani : “betul itu... tenang aja, kami nggak akan ganggu kok.”
Aku   : “kalian ini ada-ada saja.”
            Setiap hari setelah kejadian itu Aku dan Rio selalu pulang dan berangkat bersama. Hingga kitapun semakin dekat. Aku, Rahma, Rani, dan Rio pun sering sekali kerumah untuk mengerjakan tugas bersama.
            Pada malam minggu, teman-temanku semua pergi bersama pacarnya keluar. Sedangkan aku sendiri dirumah. Dan kebetulan mama aku keluar kota.
            Tapi, Rio nelfon aku dan ngajakin ketemuan. . . .
Di restauran Santap Saji. Tentu saja aku mau, lagi pula aku kesepian dirumah sendirian.
Sesampainya di restauran, retauran itu gelap seakan-akan sedang mati lampu. Tapi, Rio sudah ada didalam restauran itu. Dan akupun tidak mau mengecewakan Rio kalau aku pulang. Sesampainya didalam. . . .
Surprise. . . . . . !!!!! (tiba-tiba lampu nyala semua).
Aku terkejut dan tidak menyangka kalau semua teman-temanku Rahma, Rani, dan Ica beserta pacar mereka juga ada di restauran itu.
Rio       : “selamat ulang tahun Chila..”
            Aku pun tidak pernah menduga dan aku tidak ingat kalau hari ini ultahku. Ehm, ternyata mereka semua sekongkol dengan semua ini.
Aku      : “makasih Rio.”
Rio       : “sama-sama.”
            Setelah tiup lilin dan potong kue, dan teman-teman bersenang-senang menikmati kue, Rio menarik tangan aku dan menutup mataku. Aku tidak tahu Rio akan membawa aku kemana.
            Ternyata, dia membawa aku kebelakang restauran yang sudah di design khusus. Itu taman,, dan di taman itu, banyak lilin yang bertuliskan I You. . .
Aku benar-benar tidak menyangka Rio bisa memberikan aku kejutan seperti ini.
Rio mengajak aku duduk ditempat yang telah disediakan.
Tiba-tiba. . . . .
Rio       : “Chila...”
Aku      : “ya..”
Rio       : “(sambil memegang tanganku). Sudah lama aku memperhatikanmu, mencuri pandang hanya untuk melihatmu. Aku tak tahu apa yang terjadi pada diriku. Dan saat ini, detik ini aku akan menyatakan seluruh isi hatiku padamu.”
Aku      : “(sambil deg-degan). Apa yang ingin kamu katakan?”
Rio       : “aku tidak tahu apa yang aku rasakan, tapi aku merasa tlah jatuh cinta padamu pada pandangan yang pertama. Dan maukah kamu menjadi kekasihku?”
Aku      : “ehm, sebenarnya aku juga merasakan apa yang kamu rasakan. Aku juga jatuh cinta padamu pada pandangan yang pertama di lapangan basket itu.”
Rio       : “jadi. . . “
Aku      : “ya, aku mau jadi pacar kamu.”
Rio       : “makasih, Chila. Aku seneng banget..!! (sambil mencium tanganku). Karena kamu telah menerima cintaku dan malam ini ultahmu, aku kasih kamu hadiah yang spesial yaitu,,, ini.”
Aku      : “apa ini, Rio?”
Rio       : “kamu buka saja sendiri.”
            (rio memberikan aku kotak berbentuk hati berwarna putih kepadaku). Setelah aku buka kado itu, ternyata isinya kalung. Lalu Rio memasangkan kalung itu ke leherku.
            Setelah kejadian itu, Restauran ini menjadi tempat favorit kita berdua karena tempat itu yang mempersatukan cinta kita.
            Akhirnya tanpa terasa bulan depan kita harus melaksanakan UAS. Walaupun UAS sudah dekat, tidak ada waktu kita untuk berpisah. Malah, kita semakin kompak bersama dan sering mengerjakan tugas bersama teman- teman seperti Rahma, Rani, ica. Malah mereka bilang kalau kita adalah pasangan yang rukun, yang tidak pernah bertengkar malah semakin mesra & kompak. Kita semua mulai mempersiapkan akan hal itu.
            Akhirnya, UAS berhasil kita lalui. Dan pengumuman kelulusanpun dibagikan. Dan. . . . alhamdulillah Aku lulus, begitupun dengan teman- teman yang lain. Tidak ada 1 siswapun yang tertinggal. Semua lulus 100%.
            Didalam kebahagiaan itu, ada perasaan duka yang tersimpan. Kita tidak akan bersama lagi karena Rio akan kuliah di Perancis dan aku kuliah di Belanda. Kami berdua mengucapkan salam perpisahan yang terakhir karena akan lama sekali tidak bertemu. Dan Mama dan Papa Rio pun pindah rumah. Sehingga tidak akan ada satu kenanganpun yang tersisa di kompleks itu. Teman- temanku, Rahma kuliah di Singapura sedangkan Rani dan Ica kuliah dan menetap di Jakarta.
            Tapi semua itu tidak membuat aku dan Rio patah semangat karena telah lama tidak bertemu. Malah kita semakin semangat dan berjuang keras agar cepat lulus kuliah dan bisa bertemu lagi di Jakarta. Setelah kita lulus kuliah selama 8 semester dengan nilai yang memuaskan, Aku dan Rio kembali ke Jakarta. Tapi, selama kuliah di Luar Negeri, kita tetap saling menghubungi satu sama lain. Tapi, kali ini berbeda, Rio tidak lagi pulang keperumahan Kompleksku itu, malah dia pulang kerumah barunya dan tinggal bersama Mama dan Papanya di Bandung.
            Setelah aku sampai dirumah, aku sudah kangen dan rindu sekali sama Mama karena telah 4 tahun kita tidak bertemu.
            Aku      : “mama, Chila pulang.”
Mama   : “Chila, kenapa kamu nggak bilang- bilang sama Mama kalau kamu mau pulang sekarang?”
Aku      : “aku sengaja nggak memberi tahu mama, karena aku mau bikin surprise dengan kedatanganku.”
Mama   : “(mama memelukku) mama sangat rindu sama kamu, sayang.”
Aku      : “Chila juga ma.”
Sejak kepulanganku ini aku lebih sering menghabiskan waktu bersama Mama. Dan sejak saat
Itu pula aku dan Rio jarang sekali bahkan tidak pernah saling menghubungi lagi. Setiap aku telefon dia, nomor Hpnya selalu tidak pernah aktif dan aku yakin kalau dia sudah ganti kartu. Hingga suatu hari, ada seseorang yang mengirimkan surat kepadaku yang isinya:
Dear : Chila
            Chila sayang, maafkan aku telah lama tidak menghubungi kamu lagi. Dan maafkan aku kalau surat terakhir dariku ini membuat hatimu terluka. Aku rasa, hubungan kita sudah tidak bisa kita lanjutkan lagi. Sudah cukup sampai disini. Alasannya simple saja, aku telah dijodohkan dengan wanita pilihan orang tuaku. Dan aku tidak mungkin mendurhakai orang tuaku sendiri.
            Aku harap kamu bisa mengerti karena aku tidak mau mengecewakan mama dan papaku.
Your love,
Rio
            Aku membaca surat terakhir dari Rio sambil meneteskan air mata. Aku benar- benar tidak sanggup menerima kenyataan pahit ini. Hatiku bagaikan disayat- sayat pedang, perih, sangat perih. Aku tidak pernah menyangka hubungan aku dan Rio yang kita jalani selama 4⅓ tahun itu kandas ditengah jalan dengan cara yang menyakitkan. Padahal, untuk yang terakhir kalinya, aku ingin melihat wajahnya. Tapi, harapan itu pupus sudah. Dan aku pun mengerti kenapa Rio melakukan semua itu. Meskipun dia sangat mencintai aku, tapi seorang anak tidak mungkin melawan dan menentang keinginan orang tuanya. Dia termasuk anak yang menuruti semua perintah orang tuanya.
            Dan disaat itu hatiku teriris, mamaku mendekati aku dan aku mengusap air mataku seakan- akan tidak terjadi apa- apa. Mamaku duduk didekatku.
            Mama   : “sayang, kamu kenapa?”
            Aku      : “aku nggak apa- apa koq ma.”
            Mama   : “mama ingin ngomong sesuatu sama kamu.”
            Aku      : “mama ingin ngomong apa sama Chila, ma?”
            Mama   : “gini Chil, sebelum papa kamu meninggal, dia sangat akrab dengan sahabatnya
Namanya P.Broto. P.Broto itu punya anak laki- laki, dan disaat kalian masih bayi, papa kamu dan P.Broto sepakat untuk memperjodohkan kalian berdua. Tapi sayangnya semua itu akan terlaksana tanpa papa kamu. Tapi, P.Broto berjanji setelah lulus dari kuliah, perjodohan itu akan di langsungkan. Apakah kamu mau menjalankan amanat dari papa kamu?”
            Meskipun hati aku sakit, dan ditambah sakit lagi dengan ucapan mama, aku bersedia diperjodohkan dengan teman papa dan menjalankan amanat papa. Aku dan Rio mempunyai nasib yang sama. Yaitu harus diperjodohkan oleh orang tua kita masing- masing.
            Hingga pada suatu malam, mama mengajak aku ke restauran dan sebelum itu mama mengajak aku ke salon untuk di make up. Aku tidak tahu kenapa mama menyuruh aku ke salon. Ternyata, setelah aku tanya sama mama, mama ingin mengajak aku untuk bertemu dengan laki- laki yang mama jodohkan buat aku.
            Sesampainya di restauran, alangkah terkejutnya aku. Ternyata orang yang mama jodohkan buat aku yaitu Rio. Yah, ternyata P.Broto ayah Rio adalah sahabat papa. Kami berdua tidak pernah menyangka atas semua itu. Kami saling berpeluk erat dan saling melepas rindu. Orang tua aku dan Rio terkejut melihat kejadian itu. Kami sepakat untuk tunangan dan kami menceritakan semua perjalanan cintaku dan Rio kepada orang tua kami. Luapan kebahagiaan itu tidak bisa kita tahan lagi dan akhirnya kamipun menikah pada hari jadi kita berpacaran dulu yaitu 6 juli. Dan tanggal itu termasuk hari ulang tahunku karena dulu kita jadian pada saat aku berulang tahun. Masih ingat kan?
            Inilah cerita perjodohan termanis.
Pengarang,
Halimatus Sya’diyah

4 comments:

  1. cerita pengalaman pribadi ya buuuk??

    ReplyDelete
  2. bukan,, itu cuma ngarang aja koq.. tidak mungkin saya punya pengalaman seperti itu.. hehe :)

    ReplyDelete
  3. Ceritanya kayak di Film-film aja :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe, kebiasaan nonton film ya begitu jadinya :D

      Delete

 

Blogger news

Blogroll

About