Perjodohan
Termanis
Ini
cerita tentang cinta pertamaku, namaku Chila, Chila agustina. Cerita cinta ini
dimulai dari kelas XII SMA.
Sejak
dari kecil, aku belum pernah merasakan hal yang namanya jatuh cinta. Hingga
pada suatu ketika, aku merasakan ada hal aneh didalam diriku. Yaitu merasakan
jatuh cinta pada pandangan yang pertama. Aku bertemu dia di sekolah. Aku
merasakan jatuh cinta padanya karena dia selalu memandangku dengan tatapan yang
aneh. Huh...?!!! Aku ngomong apa sich..?? Padahal, itu tentu kalau aku sedang
jatuh cinta. Tapi di setiap aku bertemu dengan dia, jantungku berdegup dengan
kencangnya. Namun, aku tidak tahu siapa nama dia. Habisnya aku ketemu dengan
dia di lapangan basket bersama teman-temannya. Bola itu tanpa di sengaja
mengenai kepalaku, tapi untung saja aku tidak pingsan. Dia membangunkan aku dan
berkata
“Maafkan
aku”.
Hingga
pada waktu pagi harinya. . . . .
Cowok
itu: “maafkan atas kejadian kemarin ya..?? kamu nggak apa-apa kan...??”
Aku : “ehmm,, (salah tingkah). Aku
nggak apa-apa koq.”
Cowok
itu: “(tersenyum paadaku, lalu pergi begitu saja).”
Hatiku
bahagia sekali, karena aku bisa bertemu dengannya lagi, tapi, sayangnya aku
tidak tahu kelasnya di sebelah mana. Bel pulangpun berbunyi, aku langsung
pulang bersama teman-temanku yaitu Rahma, Rani, dan Ica. Maklum, kita berteman
sudah lebih dari 5 tahun. Jadinya, nempel terus deh..?!!
Di
gerbang sekolah. . . .
Tiba-tiba,,,
cowok itu menghalangi aku dengan sepeda motornya, lalu berkata. . .
Cowok
: “kamu mau nggak pulang bareng ma aku..??”
Aku : “(terkejut mendengar ucapan itu)”
Rahma:
“ciye,, ciye..”
Rani : “ya sudah, Chil. Nggak apa-apa koq,,
kami pulang ber-3 aja..”
Aku : “tapi...”
Cowok:
“ayo,, lagipula teman-teman kamu tidak kan...?? ini semua, sebagai penebus
kesalahan aku kemarin.”
Ditengah
perjalanan tiba-tiba dia berhenti disebuah taman.
Aku : “kenapa kita kesini? Katanya kamu mau
nganterin aku pulang?”
Cowok:
“ya, aku tahu.. tapi, sebelum aku pulang ke rumah, aku selalu
menyempatkan diri untuk pergi ke
tempat ini. Karena tempat ini, tempat yang
spesial buat aku.”
Aku : “kenapa tempat ini begitu spesial buat
kamu?”
Cowok:
“karena setiap kali aku sedih, kesal, marah, bahagia, tempat ini yang
selalu menenangkan aku. Oh ya,
kita kan belum kenalan, nama kamu siapa?”
Aku : “Chila (sambil berjabat tangan)”
Cowok:
“Rio.”
Aku : “(didalam hati) ohh. . . jadi namanya
Rio. . .
Rio : “ya sudah, ayo kita pulang. Aku
takutnya mama kamu nyariin kamu, lagi. .
Dimana alamat kamu?”
Aku : “jalan Cemara No.5.”
Rio : “oh, jadi rumah kamu disitu.”
Setibanya
dirumah. . .
Aku : “makasih ya, kamu sudah mau nganterin
aku..”
Rio : “sama-sama, ngomong-ngomong koq rumah
kamu sepi sich..?!!”
Aku : “ya, soalnya hanya mama didalam sedangkan
papa sudah lama
meninggal.”
Rio : “ehm, maaf.”
Aku
: “nggak apa-apa koq. Kamu nggak mau masuk dulu?”
Rio : “nggak usah.. aku langsung mau balik aja.”
Aku
: “hati-hati.”
Sore harinya, teman-teman aku Rahma,
Rani, dan Ica datang kerumahku untuk mengerjakan tugas sekolah.
Rahma : “Chil, kamu punya tetangga
ganteng koq nggak bilang-bilang sama kita
Sich..??”
Rani : “ya bener, dan kayaknya kita agak kenal
sama cowok itu..”
Aku : “kalian ngomong apa sich..?? aku kan
nggak punya tetangga cowok..”
Ica : “hah,, aku tahu.. pasti dia tetangga
baru ya..??”
Aku : “masak sich..??”
Rani : “kamu nggak percaya sama kita..??”
Aku : “bukannya gitu,, tapi......”
Ica : “ah, sudah. Jangan pakek tapi-tapian.
Rumahnya diseberang rumah kamu
Ini.”
Aku
: “sudah, sudah. Kok jadi ngebahas masalah itu sich..?? mendingan kita
Kerjakan tugas kita dulu.”
Keesokan
harinya, merupakan hari minggu. Dan setiap hari minggu, aku lari pagi keliling
kompleks. Hingga akhirnya, aku senam-senam dikit didepan rumah tetangga baru
aku itu kata teman-temanku. Karena aku penasaran, apa benar aku punya tetangga
baru. Dan waktu itu, aku melihat dia sedang mencuci sepeda motornya. Dan
kayaknya, aku kenal dengan sepeda motor itu. Tidak salah lagi, itu sepeda motor
yang dipakai Rio untuk mengantar aku pulang. Karena aku penasaran, maka aku
dekati cowok itu.
Rio : “(kaget). Ehm, Chila.”
Aku : “(ternyata benar). Rio.. kamu tinggal
disini? Berarti kita tetanggaan donk!
(aku
kaget karena selama ini aku bertetangga dengan dia)”
Rio : “ya, Chila. Sebenarnya aku sudah lama
tinggal disini, sudah hampir 4
Bulan.”
Aku : “kenapa kamu tidak pernah kasih tahu aku
kalau kamu tinggal disini?”
Rio : “mungkin kamu yang tidak tahu kalau aku
tinggal disini. Tapi, aku tahu
Kamu. Bahkan aku tahu semua kegiatan
kamu sehari-hari. Aku selalu
Memperhatikan kamu diatas loteng
rumahku dan tanpa disengaja aku
Tahu kalau kamu juga sekolah
ditempat yang sama denganku.”
Aku : “jadi.....”
Rio : “ya, aku sudah lama mengetahui hal itu
karena kamu selalu berada
Dikamarmu. Dan itu sangat
kelihatan.”
Aku : “terus, apa alasan kamu mengarahkan bola
ke kepalaku waktu itu?”
Rio : “kalau soal itu, benar-benar tanpa aku
sengaja. Aku juga kaget waktu itu.
Ternyata kamu adalah orang yang
selama ini aku perhatikan.”
Oh my God, aku baru tahu lho.. kalau
dia selama ini sering memperhatikan aku. Aku langsung pulang waktu itu.
Keesokan harinya, ketika aku keluar
dari rumah. Tiba-tiba Rio menghampiri aku di depan rumah. Dan dia ngajak aku
untuk berangkat sekolah bersama. Tentu saja aku tidak mau menolak kesempatan
itu.
Sesampainya di sekolah, ternyata
Rahma, Rani dan Ica mengetahui hal itu. Malah mereka ngeledekin aku.
Rahma : “ciye, ciye.. kayaknya sekarang sudah ada
cowok yang mampu membuat
Hati
teman kita jadi klepek-klepek ni?”
Aku : “apaan sich?”
Ica : “iya ni, lagi PDKT ni yeee....
ehemm,, pasti cinta yang pertama ni.. he.”
Rani : “eh, jangan usil. Oh ya, kenapa kamu
bisa bareng sama Rio?”
Aku : “jadi kalian kenal sama dia?”
Rani : “tentu donk! Dia kan cowok yang ahli
banget dalam permainan basket?
So,
mana mungkin cewek-cewek di sekolah ini nggak kenal sama dia.”
Aku : “kalian tahu tidak, ternyata tetangga
aku yang baru itu, ya Rio..”
Teman-teman:
“hahh..?? serius loe..”
Aku : “duduk, duduk. (aku ceritakan semua
kejadian itu kepada teman-
Temanku.
Ica : “ehm, jangan-jangan Rio naksir lagi
sama kamu?
Kalau nggak, ngapain dia selalu memperhatikan
gerak-gerik kamu setiap
Harinya.”
Rahma
& Rani : “betul itu... tenang aja, kami nggak akan ganggu kok.”
Aku : “kalian ini ada-ada saja.”
Setiap hari setelah kejadian itu Aku
dan Rio selalu pulang dan berangkat bersama. Hingga kitapun semakin dekat. Aku,
Rahma, Rani, dan Rio pun sering sekali kerumah untuk mengerjakan tugas bersama.
Pada malam minggu, teman-temanku
semua pergi bersama pacarnya keluar. Sedangkan aku sendiri dirumah. Dan
kebetulan mama aku keluar kota.
Tapi, Rio nelfon aku dan ngajakin
ketemuan. . . .
Di restauran Santap
Saji. Tentu saja aku mau, lagi pula aku kesepian dirumah sendirian.
Sesampainya di
restauran, retauran itu gelap seakan-akan sedang mati lampu. Tapi, Rio sudah
ada didalam restauran itu. Dan akupun tidak mau mengecewakan Rio kalau aku
pulang. Sesampainya didalam. . . .
Surprise. . . . . .
!!!!! (tiba-tiba lampu nyala semua).
Aku terkejut dan
tidak menyangka kalau semua teman-temanku Rahma, Rani, dan Ica beserta pacar
mereka juga ada di restauran itu.
Rio : “selamat ulang tahun Chila..”
Aku pun tidak pernah menduga dan aku
tidak ingat kalau hari ini ultahku. Ehm, ternyata mereka semua sekongkol dengan
semua ini.
Aku : “makasih Rio.”
Rio : “sama-sama.”
Setelah tiup lilin dan potong kue,
dan teman-teman bersenang-senang menikmati kue, Rio menarik tangan aku dan
menutup mataku. Aku tidak tahu Rio akan membawa aku kemana.
Ternyata, dia membawa aku kebelakang
restauran yang sudah di design khusus. Itu taman,, dan di taman itu, banyak
lilin yang bertuliskan I ♡
You. . .
Aku benar-benar
tidak menyangka Rio bisa memberikan aku kejutan seperti ini.
Rio mengajak aku
duduk ditempat yang telah disediakan.
Tiba-tiba. . . . .
Rio : “Chila...”
Aku : “ya..”
Rio : “(sambil memegang tanganku). Sudah lama aku memperhatikanmu,
mencuri pandang hanya untuk melihatmu. Aku tak tahu apa yang terjadi pada
diriku. Dan saat ini, detik ini aku akan menyatakan seluruh isi hatiku padamu.”
Aku : “(sambil deg-degan). Apa yang ingin kamu katakan?”
Rio : “aku tidak tahu apa yang aku rasakan, tapi aku merasa tlah
jatuh cinta padamu pada pandangan yang pertama. Dan maukah kamu menjadi
kekasihku?”
Aku : “ehm, sebenarnya aku juga merasakan apa yang kamu rasakan.
Aku juga jatuh cinta padamu pada pandangan yang pertama di lapangan basket
itu.”
Rio : “jadi. . . “
Aku : “ya, aku mau jadi pacar kamu.”
Rio : “makasih, Chila. Aku seneng banget..!! (sambil mencium
tanganku). Karena kamu telah menerima cintaku dan malam ini ultahmu, aku kasih
kamu hadiah yang spesial yaitu,,, ini.”
Aku : “apa ini, Rio?”
Rio : “kamu buka saja sendiri.”
(rio
memberikan aku kotak berbentuk hati berwarna putih kepadaku). Setelah aku buka
kado itu, ternyata isinya kalung. Lalu Rio memasangkan kalung itu ke leherku.
Setelah kejadian itu, Restauran ini
menjadi tempat favorit kita berdua karena tempat itu yang mempersatukan cinta
kita.
Akhirnya tanpa terasa bulan depan
kita harus melaksanakan UAS. Walaupun UAS sudah dekat, tidak ada waktu kita
untuk berpisah. Malah, kita semakin kompak bersama dan sering mengerjakan tugas
bersama teman- teman seperti Rahma, Rani, ica. Malah mereka bilang kalau kita
adalah pasangan yang rukun, yang tidak pernah bertengkar malah semakin mesra
& kompak. Kita semua mulai mempersiapkan akan hal itu.
Akhirnya, UAS berhasil kita lalui.
Dan pengumuman kelulusanpun dibagikan. Dan. . . . alhamdulillah Aku lulus,
begitupun dengan teman- teman yang lain. Tidak ada 1 siswapun yang tertinggal.
Semua lulus 100%.
Didalam kebahagiaan itu, ada
perasaan duka yang tersimpan. Kita tidak akan bersama lagi karena Rio akan
kuliah di Perancis dan aku kuliah di Belanda. Kami berdua mengucapkan salam
perpisahan yang terakhir karena akan lama sekali tidak bertemu. Dan Mama dan
Papa Rio pun pindah rumah. Sehingga tidak akan ada satu kenanganpun yang
tersisa di kompleks itu. Teman- temanku, Rahma kuliah di Singapura sedangkan
Rani dan Ica kuliah dan menetap di Jakarta.
Tapi semua itu tidak membuat aku dan
Rio patah semangat karena telah lama tidak bertemu. Malah kita semakin semangat
dan berjuang keras agar cepat lulus kuliah dan bisa bertemu lagi di Jakarta.
Setelah kita lulus kuliah selama 8 semester dengan nilai yang memuaskan, Aku
dan Rio kembali ke Jakarta. Tapi, selama kuliah di Luar Negeri, kita tetap
saling menghubungi satu sama lain. Tapi, kali ini berbeda, Rio tidak lagi
pulang keperumahan Kompleksku itu, malah dia pulang kerumah barunya dan tinggal
bersama Mama dan Papanya di Bandung.
Setelah aku sampai dirumah, aku
sudah kangen dan rindu sekali sama Mama karena telah 4 tahun kita tidak
bertemu.
Aku :
“mama, Chila pulang.”
Mama : “Chila, kenapa kamu nggak bilang- bilang sama Mama kalau kamu
mau pulang sekarang?”
Aku : “aku sengaja nggak memberi tahu mama, karena aku mau bikin
surprise dengan kedatanganku.”
Mama : “(mama memelukku) mama sangat rindu sama kamu, sayang.”
Aku : “Chila juga ma.”
Sejak kepulanganku ini aku lebih
sering menghabiskan waktu bersama Mama. Dan sejak saat
Itu pula aku dan
Rio jarang sekali bahkan tidak pernah saling menghubungi lagi. Setiap aku
telefon dia, nomor Hpnya selalu tidak pernah aktif dan aku yakin kalau dia
sudah ganti kartu. Hingga suatu hari, ada seseorang yang mengirimkan surat
kepadaku yang isinya:
Dear : Chila
Chila sayang, maafkan aku telah lama
tidak menghubungi kamu lagi. Dan maafkan aku kalau surat terakhir dariku ini
membuat hatimu terluka. Aku rasa, hubungan kita sudah tidak bisa kita lanjutkan
lagi. Sudah cukup sampai disini. Alasannya simple saja, aku telah dijodohkan
dengan wanita pilihan orang tuaku. Dan aku tidak mungkin mendurhakai orang
tuaku sendiri.
Aku harap kamu bisa mengerti karena
aku tidak mau mengecewakan mama dan papaku.
Your love,
Rio
Aku membaca surat terakhir dari Rio
sambil meneteskan air mata. Aku benar- benar tidak sanggup menerima kenyataan
pahit ini. Hatiku bagaikan disayat- sayat pedang, perih, sangat perih. Aku
tidak pernah menyangka hubungan aku dan Rio yang kita jalani selama 4⅓ tahun
itu kandas ditengah jalan dengan cara yang menyakitkan. Padahal, untuk yang
terakhir kalinya, aku ingin melihat wajahnya. Tapi, harapan itu pupus sudah.
Dan aku pun mengerti kenapa Rio melakukan semua itu. Meskipun dia sangat
mencintai aku, tapi seorang anak tidak mungkin melawan dan menentang keinginan
orang tuanya. Dia termasuk anak yang menuruti semua perintah orang tuanya.
Dan disaat itu hatiku teriris,
mamaku mendekati aku dan aku mengusap air mataku seakan- akan tidak terjadi
apa- apa. Mamaku duduk didekatku.
Mama :
“sayang, kamu kenapa?”
Aku :
“aku nggak apa- apa koq ma.”
Mama :
“mama ingin ngomong sesuatu sama kamu.”
Aku :
“mama ingin ngomong apa sama Chila, ma?”
Mama : “gini Chil, sebelum papa kamu meninggal,
dia sangat akrab dengan sahabatnya
Namanya
P.Broto. P.Broto itu punya anak laki- laki, dan disaat kalian masih bayi, papa
kamu dan P.Broto sepakat untuk memperjodohkan kalian berdua. Tapi sayangnya semua
itu akan terlaksana tanpa papa kamu. Tapi, P.Broto berjanji setelah lulus dari
kuliah, perjodohan itu akan di langsungkan. Apakah kamu mau menjalankan amanat
dari papa kamu?”
Meskipun hati aku sakit, dan
ditambah sakit lagi dengan ucapan mama, aku bersedia diperjodohkan dengan teman
papa dan menjalankan amanat papa. Aku dan Rio mempunyai nasib yang sama. Yaitu
harus diperjodohkan oleh orang tua kita masing- masing.
Hingga pada suatu malam, mama
mengajak aku ke restauran dan sebelum itu mama mengajak aku ke salon untuk di
make up. Aku tidak tahu kenapa mama menyuruh aku ke salon. Ternyata, setelah
aku tanya sama mama, mama ingin mengajak aku untuk bertemu dengan laki- laki
yang mama jodohkan buat aku.
Sesampainya di restauran, alangkah
terkejutnya aku. Ternyata orang yang mama jodohkan buat aku yaitu Rio. Yah,
ternyata P.Broto ayah Rio adalah sahabat papa. Kami berdua tidak pernah
menyangka atas semua itu. Kami saling berpeluk erat dan saling melepas rindu.
Orang tua aku dan Rio terkejut melihat kejadian itu. Kami sepakat untuk
tunangan dan kami menceritakan semua perjalanan cintaku dan Rio kepada orang
tua kami. Luapan kebahagiaan itu tidak bisa kita tahan lagi dan akhirnya
kamipun menikah pada hari jadi kita berpacaran dulu yaitu 6 juli. Dan tanggal
itu termasuk hari ulang tahunku karena dulu kita jadian pada saat aku berulang
tahun. Masih ingat kan?
Inilah cerita perjodohan termanis.
Pengarang,
Halimatus
Sya’diyah